Kim Jong-Un akan Luncurkan Lebih Banyak Satelit
SEOUL, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un pada hari Senin (15/2) bertekad meluncurkan lebih banyak satelit ke luar angkasa, bahkan saat dunia internasional bersiap menjatuhkan sanksi kepada rezimnya terkait peluncuran roket jarak jauh pekan lalu.
Dalam jamuan untuk memberikan selamat kepada ilmuwan, teknisi dan pejabat yang berkontribusi pada peluncuran yang dilaksanakan 7 Februari lalu, Kim menekankan misi itu dilaksanakan “saat momen sulit ketika kekuatan musuh lebih mengerikan ketimbang sebelumnya untuk mencekik” Korea Utara, menurut kantor berita resmi Korean Central News Agency (KCNA) pada hari Senin.
Korea Utara memicu kemarahan internasional pekan lalu dengan peluncuran satelit Kwangmyongsong-4, yang terjadi hanya sebulan setelah tes nuklir keempat.
Peluncuran itu, yang dianggap dunia internasional sebagai kedok tes nuklir balistik, melanggar beragam resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melarang Korea Utara menggunakan teknologi rudal balistik.
Kim mengatakan keberhasilan peluncuran itu bisa terwujud oleh “loyalitas penuh” tim dalam partai bekuasa dan menambahkan jerih payah para ilmuwan yang menyediakan bahan bakar utama roket pendorong.
Dalam pertemuan itu dia mendesak untuk menggunakan keberhasilan tersebut sebagai batu lompatan “guna mencapai target lebih tinggi dan meluncurkan lebih banyak satelit yang bekerja,” kata KCNA.
Amerika Serikat, bersama sekutu negara-negara Asia yakni Korea Selatan dan Jepang, memimpin upaya di Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi lebih tegas yang akan menjatuhkan sanksi keras kepada Pyongyang atas tes nuklir dan peluncuran roket terbaru.
Korsel Serukan Penggunaan Senjata Nuklir
Sementara itu, seorang pejabat tinggi dari partai berkuasa, hari Senin (15/2), meminta Korea Selatan untuk mengembangkan penangkis nuklirnya sendiri untuk memerangi ancaman nuklir dan rudal yang kian meningkat dari Korea Utara.
Dukungan agar Korea Selatan menggunakan senjata nuklir awalnya disuarakan oleh sedikit orang di negara itu. Namun, suara tersebut menjadi semakin lantang dan berkembang setiap kali Korea Utara melakukan uji coba nuklir.
Senjata nuklir taktis AS ditarik dari Korea Selatan pada akhir 1991, meski negara itu masih di bawah perlindungan nuklir AS.
Setelah uji coba nuklir keempat Korea Utara bulan lalu, Won Yoo-Cheol, pemimpin partai berkuasa Saenuri, mengatakan bahwa sudah saatnya senjata itu dikirim kembali agar Korea Selatan memilikinya sendiri.
“Kami tidak bisa meminjam payung dari tetangga setiap kali hujan turun. Kami perlu memiliki jas hujan dan memakainya untuk diri sendiri,” kata Won seperti dikutip oleh kantor berita Yonhap dalam pidato di hadapan Majelis Nasional.
Korea Selatan adalah salah satu dari 190 negara yang menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir - pakta yang ditolak Korea Utara pada 2003. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...