Kisah Dua Mahasiswa Selamat dari Serangan Teroris Al-Shabaab
Al-Shabaab dalam pernyataannya menyebutkan menargetkan Kristen atau non Muslim. Mereka juga akan terus menyerang Kenya.
NAIROBI, SATUHARAPAN.COM – Dua orang yang selamat dari serangan teroris universitas Garissa, Nigeria, hari Selasa (7/4) tiba di rumah mereka di Teso Utara, Distrik Busia dan mencerityakan bagaimana mereka keluar dari cengkeraman maut oleh teroris Al Shabaab.
Peninah Amweno, salah satu yang selamat pulang ke Desa Aedomoru bersama petugas dari Gereja Bala Keselamatan (Salvation Army), dan Nelphas Maruti kembali pada ayahnya, Dedan Maede, di Desa Aboloi, seperti diberitakan situs berita Kenya, dailynation.co.ke.
Amweno, mahasiswi tahun pertama di universitas yang diserang kelompok teroris Al-Shabaab pada Kamis (2/4). Dia bersyukur pada Tuhan, terhindar peluru yang ditembakkan oleh pembunuh dan bersembunyi di semak-semak.
Dia hanya mengetahui bahwa para penyerang adalah kelompok Al-Shabaab dari dosen yang membantu menyelamatkannya.
Maruti adalah seorang mahasiswa tahun pertama, dan dia tengah keluar mengambil air saat teroris menyerang. "Saya mendengar suara tembakan, saya bersembunyi di parit. Saya kemudian bersembunyi di bawah atap asrama hingga seorang polisi yang datang untuk menyelamatkan kami," kata dia.
Namun keduanya masih dalam ketakutan untuk mencerityakan bagaimana empat teroris membunuh rekan-rekan mereka, temnasuk dibantai dengan parang sampai mati, karena tidak bisa membaca buku Islam.
Amweno dan Maruti mengatakan tidak akan kembali ke universitas itu, dan memilih kembali ke desa menjadi petani.
Sementara itu, pemimpin gereja mengecam serangan itu dan menyerukan persatuan di antara warga Kenya dalam memerangi terorisme. "Kami meminta para pemimpin, aparat keamanan, dan warga Kristen, Hindu atau Muslim berperan dalam menjaga keamanan," kata Pendeta Onesmus Koi dari Gereja Anglikan.
Menargetkan Kristen
Sementara itu dari Nairobi diberitakan bahwa kelompok teroris Al-Shabaab memang menargetkan warga Kristen atau warga ‘’kafir’’ lainnya. Menurut situs berita Christian Examiner, selama tiga tahun terakhir lebih dari 400 warga Kenya dibunuh oleh Al-Shabaab, sebagian besar dari mereka warga Kristen.
Disebutkan bahwa teroris Al-Shabaab itu telah merilis sebuah pernyataan panjang yang mengatakan tentang bagaimana kelompok itu melakukan serangan terhadap Universitas Garissa di Kenya timur 2 April lalu. Dalam peryataan khusus dikatakan bahwa "serangan ditargetkan hanya pada non-Muslim."
Pernyataan itu menambahkan bahwa "semua Muslim diizinkan dengan aman untuk mengungsi, "termasuk mereka yang Syiah, sebelum" mereka mengeksekusi orang-orang kafir."
"Darah Muslim tidak dapat diganggu gugat, sedangkan darah kafir tidak memiliki perlindungan kecuali dengan Iman (keyakinan) atau Aman (perjanjian keamanan)," kata pernyataan itu.
Pernyataan Al-Shabaab itu dirilis dua hari setelah serangan yang membunuh sedikitnya 147 orang , dan menegaskan bahwa serangan ditujukan pada mereka karena mereka adalah orang Kristen. Sejauh ini banyak mahasiswa yang masih belum ditemukan setelah serangan itu.
Dari Somalia
Pada tahun 2011, militan Al-Shabaab yang berbasis di Somalia yang telah bersimbah darah melintasi perbatasan ke Kenya timur untuk melakukan serangan terhadap pasukan Kenya dan gereja Kristen di wilayah yang mereka percaya secara historis sebagai milik umat Islam.
Kenya dan negara Afrika Timur lainnya, termasuk Ethiopia, merespons dengan mengirim pasukan untuk memerangi pemberontakan Islam di wilayah pesisir negara itu dan di perbatasan dengan Somalia, di mana tinggal sebagian besar umat Islam Kenya.
Al-Shabaab menyalahkan meningkatnya ketegangan itu pada pemerintah Kenya. Para pemimpin kelompok teroris Islam mengatakan dalam pernyataan mereka bahwa warga Muslim telah "kehilangan martabat mereka dan mengalami perlakuan tidak manusiawi yang paling parah, karena tidak mau menyerah pada penaklukan orang-orang kafir.
Menurut mereka, setelah penganiayaan terhadap Islam dan kaum Muslimin, maka menjadi kewajiban bagi Harakat Al-Shabaab Al Mujahidin (nama lengkap kelompok ini) untuk membalas atas nama saudara-saudara Muslim mereka dalam serangkaian serangan, membalas kematian ribuan Muslim di tangan pasukan keamanan Kenya.
"Jangan bermimpi keamanan di negeri Anda sampai keamanan menjadi kenyataan di tanah Muslim, termasuk Provinsi Timur lauta dan Pantai, sampai semua pasukan Anda menarik diri dari semua negeri Muslim," kata pernyataan itu yang ditujukan pada pemerintah Kenya.
‘’Kota-kota Kenya akan menjadi merah dengan darah. Dan kami katakan, ini akan menjadi perang mengerikan panjang bagi Anda, masyarakat Kenya, adalah korban pertama," kata pernyataan itu.
Kelompok ini merekrut warga dari kota-kota seperti Mombasa dan Mandera, di mana umat Islam menuduh mereka diabaikan oleh pemerintah di Nairobi yang didominasi Kristen.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...