Kisah Heboh Jutawan Remaja Mohammed Islam Ternyata Fiktif
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Lagi-lagi sejumlah media terkemuka terkecoh oleh kisah sukses dan dramatis namun ternyata isapan jempol belaka.
Seorang siswa asal New York berusia 17 tahun sempat menjadi 'hero' setelah gosip tentang dirinya yang berhasil menangguk keuntungan US$ 72 juta dari perdagangan saham dari transaksi sepanjang waktu makan siangnya, menyebar dan diturunkan sebagai tulisan di The New York Magazine kemarin (15/12)
Dalam kisah itu yang ditulis oleh Jessica Pressler itu, ia mengaku sudah mulai bermain saham recehan sejak berusia sembilan tahun. Pria yang berasal dari Queensland, New York ini, dalam cerita itu, mengklaim menangguk keuntungan mencapai angka delapan dijit di sela-sela waktu belajarnya di Stuyvesant High School, lewat perdagangan saham dan bursa komoditi emas dan minyak.
Sekolah Mohammed Islam itu memang terkenal sebagai satu dari sembilan sekolah eksklusif di New York. Sekolah ini menghasilkan 4 alumni yang pemenang hadiah nobel.
Sejak dirilis oleh New York Magazine, kisah Mohammed Islam telah menyebar bahkan dilansir ulang oleh sejumlah media di dalam maupun di luar AS, termasuk di Indonesia. The New York Post termasuk yang ikut membuat cerita follow up.
The Richest, salah satu yang juga menulis kembali kisah ini, mengutip informasi yang mengatakan Mohamed Islam dijuluki sebagai Teen Wolf of Wall Street karena kemampuannya mengumpulkan kekayaan pribadi yang demikian besarnya sehingga cukup untuk menyewa sebuah apartemen elit di Manhattan dan membeli BMW sendiri.
Sementara itu, Business Insider's mengatakan Mohammed Islam termasuk 20 orang yang berusia di bawah 20 tahun yang sukses di pasar modal.
Demikian dramatisnya kisah suksesnya, menyebabkan banyak orang ingin mengecek lebih lanjut akan kebenarannya. Sejumlah media berusaha mengkonfirmasi langsung kepada Mohammed Islam.
Sebuah wawancara dengan New York Observer, akhirnya mengungkap pengakuan Mohammed Islam bahwa semua cerita yang dia tuturkan itu fiktif dan dia sama sekali tidak menangguk keuntungan dari pasar modal.
Bahkan untuk menghadapi gencarnya pemberitaan media dan meluruskan informasi, mereka terpaksa menyewa perusahaan kehumasan, untuk mendampingi dia dan partnernya, Damir Tulemaganbetov, memberikan keterangan.
Mohammed Islam mengatakan pemberitaan tentang diri mereka telah berkembang di luar proporsi. Mereka juga menegaskan bahwa angka US$ 72 juta bukan dari mereka.
Walaupun di sekolahnya ia mengelola klub investasi, organisasi itu hanya melakukan simulasi perdagangan, bukan benar-benar mempertaruhkan uang sungguhan.
Tentang mobil mewah dan apartemen yang diberitakan miliknya, hal itu pun tampaknya hanya mimpi.
Kedua orang tuanya, kata Mohammed Islam, sangat tidak suka dengan kejadian ini.
"Jujur, ayah saya ingin tidak mengakui saya lagi," kata Mohammed Islam kepada The New York Observer. "Ibu saya pada dasarnya mengatakan dia tidak mau lagi berbicara dengan saya. Mereka tahu cerita itu palsu dan mereka pada dasarnya ingin 'membunuh' saya... Saya belum berbicara dengan mereka sejak kejadian ini," tutur dia.
"Kami minta maaf. Terutama kepada orang tua kami," kata dia.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...