Kisah Warga Bertaruh Nyawa Selamatkan Rupang Dewi Kwan Im
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kebakaran hebat Klenteng berumur ratusan tahun, Kim Tek Ie yang berlokasi di Kompleks Dharma Bhakti Petak 9, Jalan Kemenangan III/13, Jakarta Barat Senin (2/3) dini hari menyisakan duka yang mendalam bagi warga sekitar, utamanya bagi umat Buddha.
Dari lalapan jago merah itu, salah satu benda yang berhasil diselamatkan warga ialah rupang Dewi Kwan Im, tuan rumah Klenteng tersebut.
Ketua RW 02, Eka, mengatakan ia bersama Kamtib dan beberapa warga sempat mengalami peristiwa menegangkan saat menyelamatkan rupang Dewi Kwan Im.
“Itu waktu kami selamatkan cukup berisiko karena api sudah di atas (kami, Red). Patung dewi itu kan ditutup pakai kaca, kami pecahkan kacanya sampai tiga kali nggak pecah, terakhir kami sambit lagi baru pecah. Dan itu api sudah di atas,” ujar Eka kepada satuharapan saat ditemui di Petak 9, Selasa (3/3) malam.
Eka mengaku, tidak ada pengamanan khusus saat warga menyelamatkan rupang tersebut. Hanya ada beberapa orang yang membantu melihat pergeseran api, apakah cukup membahayakan bagi warga yang menyusup masuk di antara reruntuhan kebakaran atau tidak.
“Ketika mengambil situasinya asap sudah di mana-mana. Kalau jarak pandang masih terjangkau, tapi untuk asap sudah di mana-mana. Pas kami keluar asap sudah banyak sekal,” ujar dia.
Selain rupang Dewi Kwan Im, berhasil pula diselamatkan rupang Kwan Kong dan Dewi Tangan Seribu.
Namun, puluhan rupang lainnya hangus. Lohan pun ikut tak terselamatkan,
“ Ini kejadiannya terlalu cepat apinya. Karena kalau mau kami selamatkan itu berisiko dengan nyawa orang,” ujar dia.
Kebakaran ini memang terjadi dini hari saat warga terlelap. Eka mengatakan, ia mendapat telepon dari stafnya sekitar 03.30 pagi dan pada saat itu api sudah membesar.
Api merambat cukup cepat saat itu karena pengaruh angin. Beruntung, angin tidak mengarah ke pemukiman warga.
“Sempat api mengarah ke pemukiman warga sebentar tapi api balik lagi. Tidak ada rumah warga yang ikut terbakar,” ujar Eka.
Eka mengatakan api bersumber dari lilin. Namun kepastiannya hingga kini masih diselidiki.
Sementara itu, pemadam kebakaran baru datang pukul 04.00 WIB pagi.
“Semprotan air agak terlambat karena aliran air. Di sini kami nggak ada aliran air. Kami terpaksa mesti ambil dari kali. Ada 25 sampai 30 pemadam kebakaran. Pemadam kebakaran menyemprot area kebakaran, tapi juga pemukiman warga,” Eka menjelaskan.
Sampai saat ini, Eka mebgaku belum mengetahui berapa kerugian yang ditanggung.
Eka juga berhaparp agar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berkunjung ke lokasi kebakaran.
“Ini kan salah satu vihara tertua dan salah satu cagar budaya. Kami harapkan perbaikannya semoga serupa mirip persis sebelumnya lah supaya ada kenang-kenangan. Pak Ahok ke sini lah,” eka berharap.
Sementara itu terkait pengamanan, Polisi yang berjaga di lokasi kejadian, Budiono mengatakan pascakebakaran situasi tetap kondusif. Namun, pengunjung yang cukup banyak yakni mencapai ratusan sempat menghambat petugas melakukan evakuasi barang.
Editor : Bayu Probo
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...