Kita adalah Apa yang Kita Pikirkan
”Orang bodoh menanti datangnya sukses, mereka mungkin perlu bereinkarnasi sebelum sukses datang. Orang pandai mencari sukses ke sana ke mari, mereka kelelahan sebelum menemukan sukses. Orang bijak bekerja menuju sukses, dan dengan ketangguhan, mereka selalu sukses.”
SATUHARAPAN.COM – Seseorang, sebut saja Rasno, anak Gunung Kidul, sangat ingin menjadi pemain sepak bola sehebat Lionel Messi. Karena itu, ia menonton semua pertandingan di mana Messi bermain, kemudian menirukan gaya Messi, caranya berpakaian, lalu ia berusaha masuk klub sepak bola dan berjuang untuk menjadi pemain terbaik di klub itu. Sepanjang cita-cita untuk menjadi sehebat Messi masih hidup di dalam angannya, selama itu pulalah tindakan dan sikapnya mendorongnya untuk menjadi seperti yang diimpikannya. Tidak mustahil suatu hari kelak ia akan menjadi pemain sepakbola terandal di negeri ini.
Pikiran memang memiliki daya yang luar biasa untuk menentukan jalan hidup. Berangan-angan mengenai masa depan, lalu menapaki jalan menuju ke sana, merupakan jalan menuju pencapaian angan itu.
Setiap orang pasti pernah memiliki idola seperti Rasno, meskipun bisa saja impian itu padam dengan munculnya impian lain, atau karena tidak didukung oleh lingkungan, atau tekanan hidup yang berat.
Namun bayangkan, jika Rasno mendapatkan dukungan oleh orang tuanya, tidak diejek oleh kakak kelasnya sebagai ”Si Pemimpi”, dan ia secara konsisten terus-menerus berusaha menampilkan diri yang terbaik dalam sepak bola, sangat mungkin ia satu saat akan menjadi pemain sepak bola ulung, bukan? Kenapa? Karena pikirannya yang mengarahkannya! Karena ia sejak awal telah menentukan bagi dirinya: Apa yang penting bagi hidupku. Dan ia secara konsisten menjalaninya.
Sebuah penelitian seorang psikolog ternama Dr Garfield membuktikan bahwa semua orang berprestasi puncak, baik dalam olahraga maupun bidang lain, memiliki kebiasaan dan kesenangan yang sama: gemar memvisualisasikan apa yang diangankannya. Mereka mengangankannya, tetapi juga kemudian berusaha mengalaminya sebelum benar-benar mereka jalani. Sehingga, pada saat mereka benar-benar memasuki situasi yang diimpikannya, tidak lagi terasa asing bagi mereka, tidak mengejutkan, tidak menakutkan.
Anda mungkin berpikir bahwa orang akan berkata, ”Engkau seperti pungguk merindukan bulan!” Ya, betul, kata-kata itu mungkin sekali akan muncul. Namun, sejatinya, dunia modern yang sekarang kita nikmati ini dimulai dengan mimpi?
Contoh klasik: Conrad Hilton, pemilik rantai Hotel Hilton di seluruh dunia itu, memulai bisnisnya dengan memasarkan satu ruangan di rumahnya menjadi kamar hotel dengan cara menawarkan kamar hotelnya kepada penumpang di bandara. Itu bisa terjadi hanya karena penciptanya bermimpi. Lalu menjalani mimpinya untuk menjadikannya kenyataan.
Kata Charles Akara: ”Orang bodoh menanti datangnya sukses, mereka mungkin perlu bereinkarnasi sebelum sukses datang. Orang pandai mencari sukses ke sana ke mari, mereka kelelahan sebelum menemukan sukses. Orang bijak bekerja menuju sukses, dan dengan ketangguhan, mereka selalu sukses.”
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...