Menemukan Anak Allah
Anak Allah, yang menunjuk pada hadirnya urapan Roh Kudus, dapat ditemukan dalam diri dan kehidupan pelayanan kita.
SATUHARAPAN.COM – Seorang kakek yang tampak kebingungan, membongkar mejanya, kamarnya, dan rumahnya. Cucunya yang heran akhirnya bertanya, ”Cari apa Kek?”
”Cari kacamataku...,” jawab Si Kakek.
”Lho, ’kan ada di dahi Kakek sendiri!” Spontan Si Kakek yang memang lupa telah meletakkan kacamata itu di dahinya sendiri tertawa terkekeh-kekeh.
Tanpa kita sadari kita pun sering memiliki pengalaman serupa. Yang kita anggap penting kita cari sampai ke mana-mana, namun ternyata sudah ada pada diri kita sendiri, pada aktivitas kehidupan kita, pada pelayanan kita.
Yohanes Pembaptis, seorang nabi, bahkan lebih daripada nabi, dikenal karena suara kenabiannya dan banyak membaptiskan orang. Namun, ia semula tak menyadari bahwa di antara para pendengarnya ada orang (yang terhitung sepupunya) yang memperoleh urapan Roh Kudus (melalui penampakan seperti merpati turun dari langit dan tinggal pada-Nya). Dialah Yesus.
Urapan itu adalah urapan bagi Raja yang diutus Allah. Orang Israel menyebut raja mereka sebagai ”Anak Allah”, yang artinya wakil Allah di bumi (Yohanes 1:29-49). Dalam terminologi mereka, istilah Anak Allah dikenakan pada Daud dan para raja besar yang diutus Allah di bumi.
Yesus tidak mengarahkan hidupnya pada kursi pemerintahan atau pun kekayaan dunia seperti para Raja Israel sebelumnya, tetapi pada pelayanan kasih. Kuasa urapan Yesus itu tidak berhenti di situ. Berdasarkan kesaksian sejumlah saksi mata, setelah Yesus bangkit dari kematian, Yesus memanggil para murid dan mengatakan “kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku.. sampai ke ujung bumi.”
Sejarah terus berlanjut! Ketika menerima Yesus sebagai Penguasa (Kurios) atas hidup mereka, para murid Yesus pun menerima kuasa untuk menjadi saksi kasih Yesus, mereka pun dipenuhi dengan pelbagai karunia Roh Allah: hikmat-makrifat, kuasa doa penyembuhan, kuasa atas iblis, kuasa atas dosa.
Banyak orang yang mengaku pengikut Kristus namun tidak mengalami urapan Roh Kudus karena mengabaikan langkah yang paling sederhana: percaya dan menemukan kehadiran Yesus dalam kesungguhan pelayanan kasih. Pada saat orang mengucap syukur atas kasih Kristus yang menguasai hatinya, yang terwujud dengan melayani sesama dengan kasih setia, niscaya ia akan menemukan urapan Roh Allah, meneguhkan bahwa ia pun tergolong anak-anak Allah.
“Anak-anak Allah” ini diperanakkan, bukan dari darah atau daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan laki-laki (jadi tidak memerlukan bidan), melainkan oleh (kasih) Allah (Yohanes 1:12-13).
Melalui kuasa kasih Allah ini, pelbagai kebaikan illahi seperti kasih setia, damai sejahtera, keadilan, kebenaran, kemurahan hati, dan kepedulian yang tidak diskriminatif dapat ditemukan, bahkan tersebar ke seluruh bumi.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...