KNKT Percepat Laporan Akhir Investigasi AirAsia QZ8501
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berupaya mempercepat laporan akhir (final report) investigasi kecelakaan AirAsia QZ8501 dari ketentuan International Civil Aviation Organisation (ICAO), paling lambat 12 bulan menjadi tujuh-delapan bulan.
Ketua KNKT Tatang Kurniadi menjelaskan, saat ini KNKT telah menyelesaikan laporan awal tentang penyelidikan kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. "Laporan awal ini sesuai ketentuan ICAO, yaitu sebulan setelah terjadinya kecelakaan," kata Tatang di Jakarta, Kamis (29/1).
Tahapan selanjutnya, dalam waktu 10 bulan KNKT harus menyelesaikan draft laporan akhir yang selanjutnya dikirimkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk memperoleh tanggapan. "Setelah ada tanggapan kemudian diolah dalam waktu dua bulan untuk menjadi laporan akhir. Jadi laporan akhir tersebut bukan hanya hasil analisis KNKT, melainkan juga ada masukan-masukan dari komite keselamatan dari tujuh negara yang terlibat dalm investigasi AirAsia QZ8501," kata Tatang.
Dengan kemampuan dan kerja keras para investigator Indonesia, laporan akhir bisa dipercepat dari 12 bulan menjadi tujuh-delapan bulan. "Insya Allah, laporan akhir investigasi AirAsia QZ8501 KNKT bisa lebih cepat menjadi tujuh atau delapan bulan," kata Tatang optimistis.
Informasi Fakta
Sementara itu Prof Mardjono Siswosuwarno, Ketua Tim Investigasi AirAsia QZ8501 menjelaskan, laporan awal investigasi AirAsia QZ8501 berdasarkan fakta dan analisis terhadap Flight Data Recorder ( FDR) merangkum 1.200 parameter informasi dan rekaman 174 jam terbang. Namun, untuk mendapatkan gambaran menyeluruh penerbangan AirAsia QZ8501 cukup dengan 34 parameter.
Informasi dari Cockpit Voice Recorder (CVR), yang merekam 2 jam 4 menit penerbangan diperoleh informasi faktual sebanyak 18 item, antara lain: pesawat dalam kondisi baik sebelum terbang dan dioperasikan dalam batas-batas keseimbangan beban, semua awak memiliki izin dan sertifikat, pesawat diterbangkan oleh ko-pilot sementara kapten pilot melakukan monitoring.
Fakta lainnya, pesawat terbang pada jelajah 32.000 kaki, kemudian pilot minta naik ke level 38.000 kaki, controler Jakarta menginzinkan naik ke 34.000 kaki. "Ada gambar awan cumulonimbus dengan puncak-puncak sampai pada ketinggian 44.000 kaki. Sedang posisi terakhir di kontrol radar Jakarta pada ketinggian 34.000 kaki," kata Mardjono.
Namun demikian, kata Mardjono, untuk memperoleh gambaran penyebab kecelakaan AirAsia QZ 8501, harus menunggu laporan akhir.(dephub.go.id)
Editor : Sotyati
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...