Koleksi Museum LAI: Alkitab Mini Martin Luther
SATUHARAPAN.COM – Nama Martin Luther akan muncul jika mempelajari sejarah kekristenan. Ia adalah salah satu tokoh berpengaruh dalam sejarah Kristiani di dunia.
Jika hendak mengetahui tentang Martin Luther di Indonesia, langkah paling mudah yang dapat dilakukan adalah mendatangi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang terletak di Jl Salemba Raya, Jakarta.
Saat ini LAI memiliki salah satu koleksi replika Perjanjian Baru yang diterjemahkan teolog asal Jerman tersebut. Replika Perjanjian Baru yang diterjemahkan Luther dan dipamerkan di ruang pamer LAI adalah contoh dari empat kitab pertama di Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Setiap buku memiliki ukuran hampir serupa dengan sabun batangan.
Buku tersebut masing-masing tersusun di dalam sebuah vitrin kaca pelindung khusus berwarna kecokelatan dan sudah mulai kusam di bagian pinggirnya, diletakkan di atas seperti podium berwarna merah.
Tiga Alkitab terletak dalam bungkus berwarna cokelat, sementara satu Alkitab terletak di luar dari pembungkus tersebut.
Pengunjung museum Alkitab hanya dapat melihat koleksi terjemahan Martin Luther tersebut tanpa dapat menyentuhnya karena terhalang oleh kaca yang cukup tebal.
Menurut keterangan yang terdapat di Museum LAI, Alkitab yang berisi Perjanjian Baru (PB) tersebut dicetak pada 1522. Pada 1521 saat tinggal di Wurzburg, Luther menerjemahkan PB. Kemudian saat dia tinggal di Wittenberg ia melakukan revisi atas terjemahan tersebut bersama teman-temannya pada tahun 1534.
Luther kemudian mulai menerjemahkan teks Perjanjian Lama berbahasa Ibrani dengan dibantu Johannes Bugenhagen, Justus Jonas, Caspar Creuziger, Philipp Melanchthon, Matthäus Aurogallus, dan Georg Rorer.
Di sela-sela menerjemahkan ia mengatakan: “Saya berusaha berbicara dalam bahasa Jerman bukan Yunani atau Latin.” Pada tahun 1545, saat meninggal dunia secara berturut-turut sepuluh edisi Alkitab lengkap telah diterbitkan.
Martin Luther lebih terkenal sebagai tokoh reformasi gereja, seperti diberitakan lutheranworld.org, Pada 31 Oktober 1517, Luther memakukan lembaran berisi 95 dalil tentang masalah yang harus direformasi pada pintu gereja di sebuah kastil di Wittenberg, Jerman.
Tindakan tersebut melahirkan reformasi gereja. Hal itu tidak hanya memisahkan Gereja Protestan dan Katolik, tetapi juga secara radikal menantang tentang peran agama dalam masyarakat.
Namun, pada sisi lain, seperti tertuang di jw.org, Luther merupakan seorang penerjemah yang tidak biasa karena kata-kata yang dia pilih merupakan pengalaman gerakan keagamaan yang dia miliki. Martin Luther turut mengubah latar belakang keagamaan di Eropa dan meletakkan dasar standarisasi tertulis bahasa Jerman.
Luther menghasilkan suatu terjemahan Alkitab bermutu tinggi dari bahasa Ibrani dan Yunani. Martin Luther bukan orang pertama yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman, akan tetapi tidak ada orang sebelum dia yang menghasilkan terjemahan yang bermutu dari bahasa Ibrani dan Yunani bagi masyarakat Jerman
Catatan Wikipedia menjelaskan Alkitab Luther adalah versi Alkitab Kristen dalam bahasa Jerman, yang Martin Luther terjemahkan ke dalam Bahasa Jerman dari Bahasa Ibrani, Aram dan Yunani Kuno. Bagian Perjanjian Baru pertama kali diterbitkan pada tahun 1522 dan versi Alkitab yang lengkap, memuat Perjanjian Lama dan Baru serta kitab-kitab apokrif dia selesaikan pada tahun 1534.
Proyek itu menyita tahun-tahun terakhir kehidupan Luther. Berkat penemuan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg tidak lama berselang, hasil terjemahan itu segera tersebar luas dan berkontribusi signifikan pada perkembangan bahasa Jerman modern yang dipakai sekarang. Luther bekerja menyempurnakan terjemahan sampai meninggal dunia pada tahun 1546.
Mengutip jw.org, digambarkan Martin Luther tidak hanya seorang tokoh reformasi Kristen. Ia juga digambarkan penerjemah berbakat dan penulis produktif. Ia mempunyai kesanggupan untuk menyeimbangkan gaya, irama, dan kosakata. Hasilnya adalah sebuah Alkitab yang dapat dimengerti oleh orang-orang biasa.
Luther mengatakan saat seseorang hendak menerjemahkan, maka penerjemah harus benar-benar memikirkan gaya bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat umum. Ia mengatakan dapat menghasilkan terjemahan yang baik, karena memperhatikan gerak mulut setiap orang yang saling berinteraksi agar dapat mendengar bagaimana setiap orang berbicara. Ia berpendapat, jika seorang penerjemah memperhatikan cara bertutur dari setiap orang di sekelilingnya, akan tercipta terjemahan yang baik.
Alkitab hasil terjemahan Luther turut meletakkan dasar bahasa baku tulis yang belakangan diterima di seluruh Jerman.
Editor : Sotyati
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...