Kolombia Akhiri Perang dengan Pejuang Revolusioner
KOLOMBIA, SATUHARAPAN.COM - Gencatan senjata dari perang antara Kolombia dengan pejuang FARC telah diberlakukan sejak hari Senin (29/8). Kesepakan damai atas perang yang berusia 50 tahun lebih ini akan ditandatangani pada bulan September mendatang.
Pejuang Revolusioner Kolombia (FARC) telah memerintahkan orang-orangnya untuk mengamati gencatan senjata sejak Senin (29/8) dini hari.
Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos menyambut dengan baik kabar seperti yang terlihat dari kicauannya di Twitter: “29 Agustus ini babak baru Kolombia akan dimulai. Kami meletakkan senjata kami. Kami telah mengakhiri perang dengan FARC!”
Santos juga menginstruksikan pasukan pemerintah untuk memberhentikan operasinya melawan FARC.
Timoleon Jimenez, pemimpin FARC juga menginstruksikan hal yang sama kepada para komandan dan bawahannya pada hari Minggu (28/8). “Kami mencatat perintah Presiden dengan gembira. Jadi kami melanjutkan untuk memberikan perintah yang sama untuk pasukan kami” kata Timoleon.
Sebenarnya FARC telah mendeklarasikan gencatan senjata sepihak pada Juli 2015. Tapi gencatan sejata dari kedua kubu baru pertama kali terjadi pada Minggu (28/8) malam.
Sejak Senin (29/8) diperkirakan 7.500 pejuang FARC akan menuju ke tempat pengumpulan senjata yang dikawal pengawasan PBB.
Santos mengatakan bahwa geriliyawan yang menolak gencatan senjata akan dikejar dengan semua kekuatan pasukan negara.
FARC akan mengadakan rapat terakhir kalinya sebelum akan berubah menjadi “gerakan politik hukum,” menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Sabtu (27/8).
Referendum Damai
Pada tanggal 2 Oktober mendatang, Kolombia akan melakukan pemungutan suara yang Santos harap akan mengesahkan perjanjian damai itu sendiri.
“Ini akan memberikan legitimasi politik yang diperlukan,” katanya. Dia juga mengatakan isi pertanyaan yang akan diajukan dalam referendum akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.
Konflik teritorial dan ideologi telah menarik berbagai kelompok sayap kiri dan kanan.
Perang ini telah menewaskan 260.000 orang tewas, 45.000 hilang, dan 6,9 juta lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Upaya untuk memulai pembicaraan damai dengan kelompok pemberontak yang lebih kecil, Tentara Pembebasan Nasional, belum membuahkan hasil.
Tapi dengan adanya gencatan sejata dari FARC, yang mana adalah kelompok pemberontak terbesar di negara Kolombia, konflik tampaknya akan berakhir. (aljazeera)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...