Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 21:10 WIB | Sabtu, 26 November 2016

Komentar Kawan dan Lawan Fidel Castro

Fidel Castro. (Foto: Ist)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Fidel Castro memimpin Kuba sejak revolusi 1959 selama lima dekade, dan dia mengubah Kuba menjadi negara komunis yang terus berhadapan dengan Amerika Serikat dan sekutu Baratnya.  Dia meningal dalam usia 90 tahun pada hari Jumat (25/11), seperti diumumkan televisi negara. Dan berita yang dilaporkan Reuters, menyebutkan dia tunggal dalam kondisi semi diasingkan.

Castro disebut setan oleh Amerika Serikat, namun dikagumi oleh kelopok sosialis revolusioner di Afrika dan Amerika Selatan, Mantan Presiden AS, John F. Kenndy pernah mengatakan bahwa ‘’Castro seperti diktator Amerika Latin pada umumnya, seorang tiran yang haus kekuasaan dan kenikmatan pribadi semata. Ambisinya jauh melewati batas dirinya sendiri."

AS menyerang Kuba yang dikenal sebagai serangan di Teluk Babi pada tahun 1961. Castro selama berkuasa telah menghhadapi permusuhan dengan sembilan presiden AS.

Militer Kuba diberitakan membunuh empat warga negara AS tahun 1996 ketika menembak jatuh dua pesawat sipil milik sebuah perusahaan Kuba-Amerika yang mengagitasi pemerintah Castro dan berulang kali terbang di atas wilayah udara Kuba.

Dan Presiden AS, Bill Clinton ketika itu menyebut, "Fidel Castro telah membunuh rakyat Amerika secara ilegal dan hal itu tindakan salah. Saya bangga kami memblokade orang yang telah membunuh orang-orang Amerika tak berdosa."

Castro yang dikenal suka mengisap cerutu dan mengenakan pakaian hijau militer, memang dikecam secara tajam oleh musuh politiknya di Barat, namun banyak pemimpin dunia yang mengagumi keteragannya.

Castro menyerahkan kekuasaannya pada adiknya, Raul Castro, pada tahun 2006 karena sakit pada usunya yang membuatnya dia hampir meninggal. Penyerahan sementara itu menjadi definitif pada 2008. Dan Raul memulai perbaikan hubungan diplomasi dengan AS, namun banyak pihak menyebutkan Fidel Castro tidak menyetujuinya.

Berikut ini beberapa kutipan dari pimpinan dunia yang mengecam dan memuja Castro. "Fidel, bagi saya, adalah seorang guru besar.  Orang bijak yang tak boleh mati; orang sepertti Fidel tidak akan pernah mati, karena dia akan selalu menjadi bagian dari rakyat"  kata Mantan Presiden Venezuela, Hugo Chavez, pada sebuah pidato Januari 2007, sepetui dikutip EWN News.

Sementara itu, Presiden Afrika Selatan kulit hitam pertama, Nelson Mandela mengatakan pada sebuah pidato tahun 1991 mengatakan, "Sejak awal, revolusi Kuba telah menjadi sumber inspirasi untuk semua yang menghargai kebebasan. Kami mengagumi pengorbanan rakyat Kuba dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka di depan imperialis ganas yang telah mengorkestrai kampanye menghancurkan kekuatan mengagumkan revolusi Kuba. Hidup Revolusi Kuba! Hidup kamerad Fidel Castro!"

"Saya terkenang pada laporan Herbert Matthew menyangkut Castro sebelum dia berkuasa yang menyebut dia demokrat dan harapan Kuba. Dan bagi sebagian Anda yang terlalu muda untuk mengingat itu, bahkan rakyat negeri kami, tidak akan menyebut dia George Washington-nya Kuba, karena George pasti bangkit dari kuburnya karena marah,"  Kata mantan Presiden AS, Ronald Reagan pada 5 Maret 1986.

"Hal terbaik yang diwariskan Fidel Castro kepada kita adalah pelajaran bahwa kita tidak menginginkan ada Fidel Castro-Fidel Casro baru di Kuba. Pelajaran itu adalah bahwa orang seperti itu berakhir untuk diserap seluruh bangsa, akhirnya dianggap perwujudan Tanah Airnya, dan akhirnya merenggut begitu saja kebangsaan kita. Pelajaran dari Fidel Castro adalah tidak boleh ada lagi Fidel Castro. Ada orang yang menyanjung dia, tetapi menyanjung dia, karena apa yang mereka pikirkan tentang dia, bukan siapa dia sebenarnya. Bertahan lama dalam kekuasaan adalah sungguh tidak baik," kata Bloger Yoani Sanchez kepada Reuters pada 2014.

"Apa pun yang kita pikirkan tentang dia, dia akan menjadi faktor besar dalam pembangunan Kuba dan kemungkinan besar di Amerika Latin secara umum. Dia tampaknya jujur. Dia bisa saja naif sekali menyangkut komunisme atau di bawah disiplin komunis. Tebakan saya adalah yang pertama, dan sebagaimana sudah saya siratkan, gagasan-gagasannya mengenai bagaimana menjalankan sebuah pemerintahan atau perekonomian adalah lebih terbelakang dibandingkan dengan hampir semua orang yang saya temui di 50 negara," kata Richard Nixon dalam memorandum tiga jam pertemuan dengan Castro pada 19 April 1959. Dia kemudian menjadi wakil presiden AS.

 "Pada 18 Desember 1956, Fidel dan saya berada di kaki bukit Sierra Maestra, di sebuah tempat yang disebut Cinco Palmas. Setelah pelukan pertama dia pertanyaan yang keluar dari mulut dia adalah 'Berapa senjata yang kamu punya?' Saya jawab lima. Dan dia menimpali, "Saya punya dia. Jadi sudah ada tujuh. Sekarang kita bisa menang perang,"  kata Raul Castro dalam buku "This is Fidel" karya Luis Baez tahun 2009.

"Saya tidak cepat berbagung dengan sebuah revolusi melawan tiran, tetapi Fidel mengejutkan saya karena dia orang yang luar biasa hebat... Dia memiliki keyakinan hebat yang kami wariskan kepada Kuba (dari Meksiko) yang kami datangi. Begitu kami tiba, kami bertempur. Dan begitu kami bertempur kami menang. Saya berbagi optimismenya. Saya harus bertempur, berhasil. Berhenti menangis dan bertempur," kata  Ernesto "Che" Guevara, dalam sebuah surat kepada orang tuanya, 1955.

"Orang dengan karisma besar. Dia berani, Fidel Castro. Seorang politisi, dengan kepalan besi. Dia tetap kuat. Dia menyeret sahabatnya ke depan regu tembak. (Jika itu saya) Saya akan menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada sahabatnya itu atau mengusirnya dari negeri itu, tapi Castro malah menembak mati sahabatnya tersebut," kata manatan diktator militer Chile, Jenderal Augusto Pinochet. Dia merujuk perlakuan Castro terhadap Jenderal Arnaldo Ochoa, yang dieksekusi atas tuduhan pengkhianatan pada 1989.

"Dia akan meminta kami menempatkan meriam di sini, memindahkan tank di sana. Dari mana harus menyerang, bagaimana melakukannya, dan lain-lain. Dia memiliki itu semua di jari tangannya. Dan sering dia benar,"  kata Menteri Pertahanan, Leopoldo Cintra Frias, merujuk instruksi Fidel di Havana pada 1996 untuk Perang Angola.

"Pada masa ketika nyaris seluruh dunia komunis mendekat ke demokrasi, Fidel Castro malah melawan opini publik dan menolak menerima perubahan, atau apa pun yang dianggap perestroika atau demokrasi... Sebagai filsuf besar, dia menegaskan bahwa hal-hal material itu adalah sementara, untuk beberapa hal secara maya memang tidak ada hal material di Kuba,"  kata sastrawan Kuba di pengasingan, Reinaldo Arenas, dalam tulisan esai sebelum kematiannya pada 1990 dan dipublikasikan oleh koran Spanyol El Pais pada 2006.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home