Kominfo: Laporkan Penyebar Video Penembakan di Selandia Baru
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) meminta warganet untuk tidak ikut menyebarkan video penembakan di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru di media sosial karena mengandung aksi kekerasan.
"Kementerian Komunikasi dan Informatika mengimbau masyarakat tidak menyebarluaskan atau memviralkan konten, baik dalam bentuk foto, gambar, atau video yang berkaitan dengan aksi kekerasan berupa penembakan brutal di Selandia Baru," kata Plt Kepala Biro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu, dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Jumat (15/3).
Konten tersebut mengandung aksi kekerasan, yang melanggar Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Kominfo mengingatkan dampak penyebaran konten kekerasan di Selandia Baru akan menimbulkan ketakutan di masyarakat.
Untuk meminimalisir penyebaran konten kekerasan di Selandia Baru, Kominfo terus melakukan pemantauan dan pencarian dengan mesin AIS setiap dua jam sekali. Instansi itu juga bekerja sama dengan kepolisian untuk menelusuri akun-akun yang menyebarkan konten tersebut.
Kominfo juga mendorong masyarakat untuk melaporkan temuan konten kekerasan di Selandia Baru melalui situs aduankonten.id dan akun Twitter @aduankonten.
Penembakan di dua masjid di kota Christchurch menewaskan 40 orang dan lebih dari 20 orang terluka parah.
Kementerian Luar Negeri menyatakan dua WNI tertembak dalam peristiwa tersebut, saat ini korban dirawat di Christchurch Public Hospital.
Berdasarkan catatan Kemenlu RI, terdapat 331 orang WNI di kota Christchurch, termasuk 134 mahasiswa. Jarak dari Wellington ke Christchurch mencapai 440 kilometer.
Bagi keluarga dan kerabat WNI yang membutuhkan informasi lebih lanjut dan bantuan konsuler dapat menghubungi hotline KBRI Wellington pada nomor +64211950980 dan +64 22 3812 065.
Dua Korban WNI Asal Sumbar
Dua korban penembakan di Masjid Al Noor Kota Christchurch, Selandia Baru, berasal dari Sumatera Barat, yakni Zulfirmansyah dan anaknya berisial M.
Kakak kandung korban, Hendra di Padang, Jumat, berharap adik kandungnya dan anaknya selamat setelah terjadi penembakan tersebut
Ia mengatakan Zulfirmansyah saat ini mengalami koma karena terkena peluru di beberapa bagian tubuhnya.
"Kami minta doa agar adik saya dapat selamat dari masa kritisnya," katanya.
Sementara, anak Zulfirmansyah terkena tembakan di kakinya dan membuat kondisi kejiwaannya terguncang.
Ia mengaku mendapatkan info tersebut dari istri Zulfirmansyah sekitar pukul 13.00 WIB dan hal itu membuatnya terguncang.
"Saya mendapatkan informasi tadi siang dan hingga saat ini masih terus berharap kondisi mereka baik-baik saja," kata dia.
Ia mengatakan adiknya dan keluarga pindah ke Selandia Baru sejak Januari 2019 karena ada pekerjaan di sana.
"Adik saya seorang seniman, sebelum pindah ke sana dia dan keluarga berdomisili di Yogyakarta," kata dia.
Sebelumnya, dua orang warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban dalam aksi penembakan massal yang terjadi di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat, 15 Maret 2019, pukul 13.40 (waktu setempat).
"Kami baru menerima informasi bahwa terdapat dua WNI yang tertembak dalam peristiwa penembakan di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir di Jakarta, Jumat.
Arrmanatha menyatakan berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh KBRI di Wellington dari kelompok WNI di Christchurch, bahwa dua WNI yang tertembak dalam peristiwa tersebut adalah seorang ayah dan anaknya. Keduanya sekarang masih mendapatkan perawatan di Christchurch Public Hospital.
"Ayahnya saat ini dirawat di ruang ICU dan anaknya juga dirawat di rumah sakit yang sama tetapi di ruang perawatan biasa," ujar dia
Sebelumnya, sebanyak 40 orang tewas dan lebih 20 lagi luka parah dalam aksi penembakan di dua masjid di Selandia Baru pada Jumat, yang disebut Perdana Menteri Jacinda Ardern sebagai serangan teroris.
Pembunuhan oleh sedikitnya seorang pria bersenjata itu dilakukan saat shalat Jumat berlangsung di Kota Christchurch. Itu merupakan penembakan massal terburuk di negara itu dan dikutuk di seluruh wilayah Asia.
"Kami mendapat laporan bahwa 40 orang meninggal dalam aksi kekerasan ekstrem ini," kata Ardern. "Jelas serangan ini dapat dilukiskan sebagai serangan teroris.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...