Komitmen 30/10
Waktu itu gratis, namun tak ternilai harganya. Ia tak dapat dimiliki, namun bisa digunakan. Tak dapat ditahan, tapi dapat diisi. Sekali hilang, tak akan mungkin untuk mendapatkannya kembali (Harvey Mackay)
SATUHARAPAN.COM – Mengelola waktu. Betapa sering hal tersebut didengungkan. Waktu adalah salah satu harta paling berharga dalam hidup. Ia tak dapat dikendalikan, datang dan pergi tanpa bisa ditahan, dan apa pun yang digunakan untuk mengisinya niscaya akan terekam dan tak dapat dihapuskan. Ia adalah hadiah yang diberikan Sang Pencipta kepada setiap makhluk hidup untuk dimanfaatkan sebaik mungkin.
Bukan kebetulan dalam bahasa Inggris ia disebut ”the present”, karena selain ia menunjukkan ”saat sekarang” ia juga adalah salah satu hadiah terbesar yang bisa dinikmati manusia. Jika diisi dengan produktif, maka dalam riwayat hidup yang hanya sekitar 70 tahunan akan terukir catatan indah mengenai sebuah kehidupan yang dibuat bermakna.
Namun, betapa seringnya juga waktu diabaikan. Kesempatan dilewatkan. Menjalani kehidupan dengan produktif tidak dipedulikan. Disiplin waktu dianggap tak penting.
Hidup yang dijalani dengan tidak mengelola waktu secara baik sering berakhir dengan penyesalan. Tentu saja penyesalan yang sia-sia karena waktu tak akan pernah kembali.
Untungnya, banyak hal dapat diraih saat waktu dikelola dengan baik. Sebaliknya, jika tak mampu mengelola waktu, maka menurut Peter Drucker, tak akan ada hal lain apa pun dalam hidup yang akan dapat dikelola. If you can not manage your time, you will not be able to manage anything in life. Sibuk tidak selalu merupakan cara memanfaatkan waktu dengan baik. Memilih prioritas mengenai apa yang dilakukan untuk mengisi waktu, itulah yang akan menjadikan waktu produktif.
Kory Kogon dan kawan-kawan dalam buku The 5 Choices, the Path to Extraordinary Productivity, mengusulkan pemanfaatan waktu 30 menit tiap minggu dan 10 menit tiap hari untuk membuat perencanaan waktu bagi hal-hal yang penting, namun tidak mendesak. Bayangkan jika seluruh waktu yang dimiliki adalah 24 jam dan tujuh hari dalam seminggu, dalam 30 menit sekali seminggu pilihlah satu atau dua hal terpenting (the big rocks, batu besar) yang harus diselesaikan dalam minggu itu. Ulangi: satu atau dua hal saja, tidak lebih, agar lebih fokus.
Contoh hal penting tak mendesak adalah menyelesaikan pendidikan demi peningkatan karier. Waktu yang masih tersisa bisa digunakan untuk memenuhi sasaran yang lebih kecil (the gravel, kerikil), yang juga penting dan tidak mendesak, seperti membersihkan rumah.
Lalu setiap harinya, pakailah 10 menit untuk mengkaji ulang seberapa jauh rencana yang telah dibuat untuk seminggu, telah tercapai. Jika ternyata hal mendesak (penting atau tak penting) lebih banyak ketimbang hal penting yang tak urgen, maka ada yang tidak beres dalam pengelolaan waktu.
Jangan biarkan hal mendesak mengisi waktu terlalu banyak! Apalagi kalau ia tidak penting. Misalnya bermain game online sampai kurang tidur. Jika itu yang terjadi, dan dibiarkan, maka suatu saat kita akan terkejut, saat waktu habis terpakai untuk menyelesaikan hal mendesak.
Apakah hal mendesak bisa diabaikan? Tentu saja tidak. Orangtua yang mendadak harus diantar ke rumah sakit, rumah yang tiba-tiba bocor, atau air radiator mobil yang ternyata harus diisi ketika di tengah perjalanan, tentu harus diurus. Hal mendesak selalu akan datang, tiba-tiba muncul, kadang di luar kekuasaan, kadang karena kurang direncanakan, tetapi kadang juga karena waktu telah habis dipakai untuk yang tak penting.
Jika atap rumah secara teratur diperiksa dan dirawat, harusnya tak akan bocor. Jika radiator mobil selalu diperiksa sebelum berangkat, harusnya tak mendesak untuk diisi di tengah perjalanan. Jika perencanaan telah dilakukan dengan baik, tuntutan dari sesuatu yang mendesak lazimnya tak akan berdampak besar.
Secara ringkas, tawaran Kory Kogon adalah: ”Jalankan komitmen 30/10, niscaya hidup akan menjadi lebih produktif!”
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...