Komunitas Kristen Harus Berperan dalam Rekonsiliasi di Suriah
ANTIOKHIA, SATUHARAPAN.COM--Uskup Elia Toumeh dari Marmartia mengatakan bahwa saat kesulitan dihadapi, warga Kristiani harus memberi kontribusi positif dalam rekonsiliasi di tengah kondisi perang sipil Suriah yang berkecamuk saat ini. Uskup Elia adalah pemimpin gereja Yunani Ortodoks Patriarkal dari Antiokhia, yang merupakan anggota Dewan Gereja Sedunia (World Council of Churches / WCC) yang berbasis di Suriah. Demikian siaran pers WCC, hari Minggu (7/4).
“Para Pemimpin agama Kristen terpanggil untuk membenarkan atau melakukan koreksi terhadap apa yang telah terjadi dalam waktu belakangan ini. Oleh karena itu, dengan bantuan doa, mereka yang hidup di Timur Tengah, terutama masyarakat Kristen harus bisa berpartisipasi dalam keadaan negara Suriah yang sedemikian,” kata Uskup Elia dalam sebuah kesempatan di Akademi Teologi Volos di Yunani. Dia berbicara dalam diskusi berjudul “Kondisi Aktual dan Mendatang Agama Kristen di Timur Tengah dalam Rangka Pembangunan Dunia Arab.”
Pembicara dari kelompok Kristen Timur Tengah membeberkan beberapa pandangan berbeda-beda tidak hanya tentang bertahannya Kristiani, tetapi juga tentang revolusi Arab yang saat ini ada di Mesir, Suriah, Palestina dan Libanon.
Dr. Pantelis Kalaitzidis yang dalam kesempatan tersebut bertindak selaku moderator berpendapat bahwa kaum akademis terdidik sebenarnya tertarik kepada awal mula kehadiran agama Kristen di Timur Tengah. Hal ini pernah diungkapkannya pada konferensi tingkat tinggi WCC pada bulan Juni tahun 2011. Disebutkan bahwa keadaan di Suriah pada masa awal Kristen masuk kawasan Timur Tengah terjadi pada abad pertama Masehi di antara agama yang umum dipeluk di kawasan Arab.
Kristen di Timur Tengah dicirikan dengan penganut yang memiliki tradisi yang berbeda-beda dibandingkan dengan apa yang terlihat di tempat lain. Kristen di Timur Tengah saat ini berjumlah sekitar lima persen dari total penduduk di Kawasan Timur Tengah.
Jumlah penganut Kristen di kawasan Timur Tengah menurun akibat kelahiran yang rendah dibandingkan dengan Muslim Timur Tengah, dan beremigrasinya etnis dan agama Kristen ke luar Timur Tengah. Faktor politik juga menentukan kecilnya jumlah penganut Kristen, apalagi tekanan terhadap kaum Kristen Arab yang mengharuskan mereka mencari tempat bersembunyi dan berkembang di luar tempat kelahiran mereka. Persebaran paham ideologi, meminimkan jumlah pemeluk Kristen di Suriah dan Mesir. Menurut perkiraan, jumlah penganut Kristen di Timur Tengah yang sekarang 12.000.000 akan diprediksi menurun menjadi 6.000.000 pada tahun 2020.
Jumlah kelompok agama Kristen di Timur Tengah saat ini yang terbesar yakni mereka yang tinggal di negara-negara berbahasa Mesir, terutama dengan komunitas koptik, yang hanya tinggal enam hingga sebelas juta, walau pimpinan agama Koptik saat ini mencapai dua belas hingga enam belas juta penganut. Kebanyakan mereka bermukim di Israel, Siprus dan Yordania.
Pembicara-pembicara lainnya antara lain Dr. Hanna Grace, seorang penganut Kristen dan anggota Parlemen Mesir, Dr. Antoine Curban, seorang pengajar Universitas Santo Yoseph di Beirut, Libanon dan Frater Georges Massouh, Direktur Pusat Studi Kristen-Muslim di Universitas Balamand, Lebanon.
Editor : KP1
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...