Konferensi Iklim di Lima, Indonesia Bawa Perspektif Kemaritiman
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia memfokuskan pada memperjuangkan lima sektor penting terkait penanggulangan perubahan iklim yakni, adaptasi, mitigasi, transfer teknologi, pengembangan kapasitas, dan pendanaan dengan membawa perspektif kemaritiman di Konferensi Iklim COP 20 di Lima, Peru, pada 1-12 Desember 2014.
Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim sekaligus Ketua Delegasi Republik Indonesia Rachmat Witoelar dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (10/12), mengatakan kelima sektor ini merupakan fokus pembahasan yang akan dimasukkan dalam Kesepakatan Iklim pada 2015 di Paris, selain juga membawa perspektif kemaritiman dalam perundingan COP 20.
Menurut dia, di era pemerintahan yang baru, sektor kemaritiman perlu mendapat perhatian khusus karena sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim. Masyarakat yang hidup di daerah pesisir menjadi sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Indonesia sebagai negara kepulauan sangat bergantung pada maritim yang sangat dipengaruhi oleh iklim. Karenanya, diperlukan aksi adaptasi dan mitigasi dalam perkembangan sektor kemaritiman.
Sementara itu, Organisasi Meteorologi Dunia (The World Meteorological Organization/WMO) menyatakan tahun 2014 adalah tahun terpanas diukur dari suhu permukaan laut. Masa ini juga ditandai dengan banyaknya hujan deras dan banjir di banyak negara.
Tingginya suhu permukaan air laut ditengarai akan mengakibatkan hujan deras, banjir, dan kekeringan ekstrem di berbagai tempat yang rentan.
Sementara itu, Koordinator Divisi Peningkatan Kapasitas Penelitian dan Pengembangan DNPI sekaligus juru runding Delri Agus Supangat mengatakan dalam perundingan ilmiah dan teknologi (Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice/SBSTA) COP 20 dibahas upaya para pihak untuk secara aktif terlibat dalam penelaahan terhadap laporan status dan untuk mendukung pengembangan rencana pelaksanaan baru, termasuk pada aspek yang berhubungan dengan pengamatan kondisi laut, termasuk pengasaman.
"Indonesia di era maritim perlu membuat peta jalan (roadmap) dan rencana aksi terkait pengamatan laut dan pengasaman," kata Agus.
Perkembangan negosiasi di COP20 tidak terlepas dari isu pendanaan perubahan iklim dari negara maju ke negara berkembang yang merupakan sarana penting untuk implementasi kegiatan adaptasi dan mitigasi di negara berkembang.
Fokus negosiasi antara lain pada tiga dana multilateral perubahan iklim, yaitu Green Climate Fund (GCF), Adaptation Fund dan Global Environment Facility. (AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...