Konferensi Pers di Beirut, Ghosn Tuduh Pengadilan Jepang Curang
Ghosn mungkin aman di Lebanon, karena negara itu tidak mempunyai perjanjian ekstradisi dengan Jepang.
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn, yang melarikan diri dari Jepang ke Lebanon dalam sebuah kotak alat musik, menyampaikan pernyataan dalam konferensi pers pertama hari rabu (8/1) sejak kaburnya akhir Desember lalu.
Dia melarikan diri dari tahanan rumah sejak April 2019 di Tokyo, Jepang. Ghosn adalah pengusaha keturunan Lebanon, warga Perancis kelahiran Brasil. Sebelumnya menjabat sebagai CEO Nissan dan Renault.
Di Jepang dia menghadapit tuduhan pelanggaran keuangan, penyalahgunaan aset Nissan, dan pelaporan pendapatannya yang kurang. Pelariannya dari Tokyo konon dibantu dua warga negara Amerika Serikat yang memandu lebih dulu ke Istanbul dan kemudian ke Beirut.
Dalam konferensi pers yang sudah lama ditunggu-tunggu, Ghosn menggambarkan kondisinya saat ditahan di Jepang dan menuduh perusahaan pembuat mobil, jaksa dan media menghancurkan reputasinya.
Berdiri di belakang sebuah podium dan mengenakan setelan hitam dan dasi merah muda, Ghosn mengecam sistem hukum Jepang yang “ketinggalan zaman” dan menegaskan kembali ketidakbersalahannya. "Saya luput dari ketidakadilan, saya melarikan diri dari ketidakadilan dan penganiayaan politik," katanya. “Aku di sini untuk membersihkan namaku. ... Aku seharusnya tidak pernah ditangkap sejak awal. ”
Ghosn, menurut laporan Japan Times, berusaha mengadakan konferensi pers ketika dia keluar dengan jaminan pada April lalu, tetapi ditahan kembali sebelum bisa mengadakan. Bahkan setelah pembebasannya, tim hukumnya di Jepang menghalanginya untuk melakukannya, karena takut menempatkan dirinya dalam bahaya hukum lebih lanjut. Dia secara singkat melayangkan gagasan mengadakan konferensi pers yang bertepatan dengan KTT para pemimpin Kelompok 20 di Osaka Juni lalu, tetapi itu juga tidak membuahkan hasil.
Ghosn meninggalkan uang jaminan dan melarikan diri ke Beirut pada akhir Desember setelah dia mengatakan dia kecewa dengan "sistem peradilan Jepang yang curang" di mana "dugaan bersalah, diskriminasi merajalela, dan hak asasi manusia yang dasar ditolak."
Dia dilaporkan bersembunyi di sebuah kotak besar untuk alat musik dan diselundupkan ke luar negeri melalui jet pribadi dengan bantuan dari tim profesional pada 29 Desember dari Osaka ke Beirut melalui Istanbul.
Jaksa Tokyo mendakwa pria berusia 65 tahun itu, yang memegang kewarganegaraan Prancis, Lebanon, dan Brasil, dengan memalsukan penghasilannya sebesar 9,1 miliar yen selama periode delapan tahun. Tim hukum Ghosn menegaskan mantan CEO, yang mengklaim uang itu akan dibayarkan setelah pensiun, tidak menerima kompensasi yang tidak dilaporkan dan bahwa Nissan tidak pernah berkomitmen untuk membayarnya.
Ghosn, menurut Japan Times, juga dituduh membuat Nissan menanggung biaya kerugian pribadinya dari perdagangan derivatif mata uang serta mengambil alih uang anak perusahaannya ke perusahaan Saudi dan distributor Oman. Beberapa di antaranya dialihkan kepadanya untuk keuntungan pribadinya. Tim pembela berpendapat bahwa Nissan tidak menderita kerugian dan pembayaran kepada pihak-pihak tersebut sah.
Meskipun duta besar Jepang untuk Libanon, Takeshi Okubo, telah meminta Presiden Lebanon, Michel Aoun, untuk membantu Jepang dalam kasus ini, kecil kemungkinan Ghosn akan diekstradisi kembali ke Jepang. Kedua negara tidak memiliki perjanjian ekstradisi.
Menteri Kehakiman Jepang, Masako Mori, mengatakan kepada wartawan pada hari Senin bahwa kritik Ghosn terhadap sistem hukum Jepang tidak dapat digunakan sebagai pembenaran untuk pelariannya, yang ia sebut sebagai "kejahatan."
Mori dijadwalkan untuk berbicara dengan wartawan setelah tengah malam dan Kamis pagi, untuk menanggapi klaim Ghosn. Dia adalah pejabat pemerintah pertama yang mengadakan konferensi pers pada Senin pagi untuk mengomentari pelarian Ghosn. Namun dia bungkam tentang bagaimana pengusaha itu meninggalkan Jepang dan juga bagaimana Jepang membiarkannya meninggalkan negara itu tanpa diketahui.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...