Konflik Syiah-Sunni Menyangkut Soal Politik
JAKARTA, SATUHARPAN.COM – Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza UI Haq, mengatakan, konflik Syiah dan Sunni buka semata-mata perbedaan soal teologi namun menyangkut soal politik.
"Syiah dan Sunni bukan lagi semata-mata perbedaan teologi, ada yang menyangkut politik, soal identitas dan hal-hal yang harus dikritik lebih luas," kata Fajar dalam diskusi di Aula. KH. Ahmad Dahlan PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, Rabu (17/2) malam.
Selain itu, kata Fajar, konflik sektarian di Timur Tengah sangat mengerikan, dan berharap tidak sampai ke Indonesia.
"Konflik di Timur Tengah jangan sampai ke Indonesia, masyarakat kita suka melihat asapnya tidak pernah melihat sumber apinya. Ada bahasa permasalah konflik di Timur Tengah, sampai ke Indonesia itu menjadi masalah agama," kata dia
"Ada teologisasi konflik politik antara Syiah dan Sunni," dia menambahkan.
Fajar, meningkatnya gejala sektarianisme di Indonesia memasuki tahap yang mengkhawatirkan dan berpotensi mengoyak kebinekaan.
"Menurut beberapa pengamat, fenomena memburuknya hubungan Syiah dan Sunni ini tak lepas dari situasi geopolitik di Timur Tengah, dan kampaye anti Syiah marak di media sosial,misalnya, mengalami peningkatan selepas tahun 2013," kata dia.
Fajar berpendapat kasus kekerasan secara ekplisit terjadi terhadap kelompok Syiah.
"Kasus penyerangan di Sampang yang menyebabkan kelompok ini mengalami pengusiran dari tanah kelahirannya dan terus tinggal di Wisma Puspa Argo, Sidoarjo," katanya.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...