“Pawai Paskah Kupang Jangan Hura-hura, Harus Religius”
KUPANG, SATUHARAPAN.COM –Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Welly Rohimone mengatakan manajemen Pawai Paskah yang diselenggarakan di Kupang setiap tahun harus diubah agar benar-benar bermakna religius.
“Tidak bermaksud bahwa Pawai Paskah selama ini belum baik. Tapi harus diatur dengan lebih baik lagi agar Pawai Paskah bermakna religius, bukan sebagai ajang hura-hura,” kata Welly, Kamis (18/2).
Dia menyampaikan, jika Pawai Paskah di Kupang dievaluasi dan diatur dengan baik maka pasti akan menjadi ikon pariwisata internasional. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT sangat mendukung Pawai Paskah menjadi ikon pariwisata nasional maupun internasional manakala kisah atau cerita yang dilakonkan itu menggambarkan sebagaimana yang tertuang dalam Alkitab.
“Contoh, saat pawai setiap peserta menggunakan truk yang mengangkut sound system dan bersama-sama menyanyi atau memutar musik yang keras. Ada juga orang yang berjoget. Ini sebenarnya tidak menggambarkan sebuah kisah yang religius sehingga harus diubah,” katanya.
Welly mengusulkan sebelum pelaksanaan Pawai Paskah, peserta harus dilatih agar yang diperankan itu benar-benar menggambarkan sebuah kisah, misalnya tentang penderitaan Kristus.
Dia mencontohkan, Prosesi Samana Santa di Larantuka, Flores Timur yang dikenal sebagai ikon internasional karena sebelum hari pelaksanaan, panitia sudah mempersiapkannya dengan baik. Selain itu, jalan salib yang dilakukan oleh umat Katolik, bukan dengan hura-hura tetapi benar-benar sangat bermakna karena mereka berjalan dan melakoni 12 stasi dengan menyanyi dan berdoa.
Disampaikan, saat Pawai Paskah semestinya salib itu tidak ditancap di atas kendaraan, tetapi disiapkan pada suatu tempat yang menggambarkan di situlah Yesus disalibkan. Skenario Paskah harus diatur dengan baik agar kisah-kisah yang diperankan itu menyentuh perasaan orang lain.
“Saya usulkan saat pawai jangan ada drum band apalagi bunyi-bunyi musik yang bersamaan dan keras, itu tidak menggambarkan kisah yang bermakna religius,” ia menjelaskan.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...