Kongres Larang Kirim Dana AS untuk UNRWA Hingga Maret 2025
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Kesepakatan yang dicapai oleh para pemimpin Kongres Amerika Serikat dan Gedung Putih mengenai rancangan undang-undang secara besar-besaran yang mendanai militer, Departemen Luar Negeri, dan sejumlah program pemerintah lainnya akan melanjutkan larangan pendanaan AS untuk UNRWA, badan utama PBB untuk Palestina, hingga Maret 2025, dua sumber mengatakan pada hari Selasa (19/3).
Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan pada bulan Januari bahwa pihaknya menghentikan sementara pendanaan baru untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) setelah Israel menuduh 12 dari 13.000 karyawan badan tersebut di Gaza berpartisipasi dalam aksi serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober.
Senat AS bulan lalu mengeluarkan undang-undang yang memotong pendanaan untuk badan tersebut, yang merupakan bagian dari rancangan undang-undang senilai US$95 miliar yang memberikan bantuan kepada Ukraina, Israel dan Taiwan yang terhenti di Dewan Perwakilan Rakyat.
Para pendukung bantuan tersebut telah berusaha memulihkannya, dan menyerukan Washington untuk mendukung badan bantuan tersebut ketika kelompok bantuan berupaya menangkal kelaparan di Gaza.
Kedua sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan pendanaan tersebut akan diblokir selama satu tahun, dan rincian upaya alternatif untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza akan dibahas setelah undang-undang tersebut dipublikasikan.
Gedung Putih dan para pemimpin Kongres menolak mengomentari rinciannya sampai teks rancangan undang-undang pengeluaran dirilis.
PBB telah meluncurkan penyelidikan atas tuduhan terhadap staf UNRWA, dan badan tersebut memecat beberapa staf setelah Israel memberikan informasi.
AS, donor terbesar UNRWA, yang menyediakan US$300 juta hingga US$400 juta setiap tahunnya, mengatakan pihaknya ingin melihat hasil penyelidikan dan tindakan perbaikan yang diambil sebelum mempertimbangkan untuk melanjutkan pendanaan.
Perang di Gaza dipicu ketika pejuang Hamas menyeberang ke Israel dan menyerang pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel. Hampir 32.000 orang dipastikan tewas dalam serangan balasan Israel, menurut pejabat kesehatan Palestina, dan ribuan lainnya dikhawatirkan hilang di bawah reruntuhan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...