Perundingan Gencatan Senjata dan Sandera, Menlu AS: Kesenjangan Hamas dan Israel Menyempit
Saat berada di Jeddah sebelum singgah di Kairo dan Tel Aviv, diplomat terkemuka AS menyalahkan Hamas karena tidak menerima tawaran sebelumnya dan kembali dengan tuntutan baru.
RIYADH, SATUHARAPAN.COM-Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan pada hari Rabu (20/3) bahwa “kesenjangan semakin menyempit” antara Israel dan Hamas mengenai perpanjangan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan ketika diplomat tinggi Amerika itu melakukan kunjungan pertama dari tiga kunjungannya ke Timur Tengah keenam sejak 7 Oktober.
“Kesenjangannya semakin menyempit, dan saya pikir kesepakatan sangat mungkin terjadi,” kata Blinken kepada saluran Arab Saudi al-Hadath saat berada di Jeddah.
AS berharap untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan penyanderaan selama enam pekan pada awal Ramadhan pada 10 Maret, namun putaran perundingan berturut-turut belum membuahkan hasil, dan Washington sebagian besar menyalahkan Hamas atas kebuntuan tersebut.
“Kami bekerja sangat keras dengan Qatar, Mesir dan Israel untuk mengajukan proposal yang kuat… Hamas tidak akan menerimanya. Mereka kembali dengan tuntutan lain. Para perunding sedang mengupayakannya saat ini, namun saya yakin hal ini dapat dilakukan dan sangat diperlukan,” kata Blinken.
“Jika Hamas peduli terhadap orang-orang yang diwakilinya, maka mereka akan mencapai kesepakatan karena hal itu akan berdampak langsung pada gencatan senjata, meringankan penderitaan rakyat yang sangat besar, memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan dan kemudian memberi kita kemungkinan untuk melakukan hal yang sama. memiliki sesuatu yang lebih abadi,” katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan pada hari Senin bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan kedua belah pihak hampir mencapai kesepakatan, karena para perunding berusaha keras dengan harapan mencapai kesepakatan yang sulit dicapai untuk menghentikan pertempuran setidaknya selama enam pekandan mengamankan pembebasan setidaknya 40 sandera ditawan di Gaza.
Kepala Mossad, David Barnea, menghabiskan beberapa jam di Doha untuk melakukan pembicaraan pada hari Senin sebelum segera kembali ke Israel untuk memberikan informasi terbaru kepada kabinet mengenai kemajuan mereka. Tampaknya hanya sedikit kemajuan yang berkembang sejak saat itu.
Barnea tiba bersama tim Israel di Doha pada hari Senin untuk melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Qatar dan para pejabat Mesir, ketika negosiasi tidak langsung yang diperkirakan akan berlangsung selama dua minggu di ibu kota Qatar dimulai.
Dorongan gencatan senjata baru ini menyusul usulan terbaru dari Hamas untuk melakukan gencatan senjata selama pekan minggu, lebih banyak bantuan yang masuk ke Gaza dan pembebasan awal sekitar 40 sandera perempuan, lanjut usia, dan terluka sebagai imbalan atas tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Osama Hamdan, seorang pejabat senior Hamas yang berbasis di Lebanon mengatakan pada hari Rabu bahwa tanggapan Israel terhadap tanggapan Hamas “secara umum negatif.”
Hamdan mengatakan pada konferensi pers di Beirut bahwa para mediator telah menyampaikan posisi Israel sehari sebelumnya, namun sikap tersebut “secara umum bersifat negatif dan tidak menanggapi aspirasi rakyat kami.”
Dia mengatakan tanggapan Israel “merupakan sebuah langkah mundur” dibandingkan dengan posisi yang dikomunikasikan sebelumnya dan “kemungkinan akan menghambat negosiasi, dan dapat menyebabkan kebuntuan.”
Pembicaraan menjadi semakin mendesak ketika para pejabat PBB memperingatkan bahwa Jalur Gaza berada di ambang kelaparan, sehingga menyebabkan semakin intensifnya seruan agar lebih banyak bantuan masuk ke wilayah kantong tersebut.
Blinken berada di Arab Saudi pada hari Rabu sebelum dia dijadwalkan singgah di Mesir pada hari Kamis dan Israel pada hari Jumat.
Saat berada di Jeddah, Blinken juga berdiskusi dengan rekannya dari Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengenai “kebutuhan mendesak” untuk melindungi warga sipil dan memberikan bantuan kemanusiaan di Gaza yang dilanda perang, kata Departemen Luar Negeri. Dia kemudian bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.
Di Jeddah dan Kairo, Blinken akan membahas “jalur politik bagi rakyat Palestina dengan jaminan keamanan bagi Israel dan arsitektur untuk perdamaian dan keamanan abadi di kawasan” pascaperang,” tambah Departemen Luar Negeri.
Saat mengumumkan penambahan kunjungan Blinken ke Israel pada tur regional Blinken pada Rabu pagi, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan menteri tersebut akan membahas perlunya memastikan kekalahan Hamas, “termasuk di Rafah,” ketika dia tiba di Tel Aviv.
AS menentang rencana Israel untuk melancarkan invasi darat besar-besaran di Rafah pekan ini dan malah mendorong operasi yang lebih terbatas di kota tersebut dan bagian lain Gaza yang menargetkan para pemimpin militer Hamas.
Washington juga berupaya mengamankan perbatasan Mesir-Gaza untuk mencegah penyelundupan yang berkelanjutan, lonjakan bantuan kemanusiaan melalui jalur akses baru ke wilayah tersebut, dan promosi alternatif yang dapat diterapkan oleh Otoritas Palestina untuk menggantikan kekuasaan Hamas, kata para pejabat AS kepada The Times of Israel pada hari Selasa.
AS bermaksud untuk membahas rencana alternatif ini dengan dua pembantu utama Netanyahu, Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dan Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi, pada hari Minggu di Washington, namun isu tersebut tampaknya menjadi agenda Blinken ketika ia tiba di Tel Aviv pada hari Jumat. (AFP/ToI)
Editor : Sabar Subekti
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...