Konser Mozaik, Ketika Anak-Remaja Berorkestra
AMARI Jogja tampilkan13 komposisi klasik
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Panggung kecil ukuran 7 x 2,5 meter di Auditorium Lembaga Indonesia Perancis (IFI-LIP) Jalan Sagan No. 3 Yogyakarta, pada Jumat (11/3) menjadi panggung mewah. Dalam dua kali sesi, Ansambel Musik Anak dan Remaja Indonesia (AMARI) Jogja memainkan format orkestra yang berbeda.
Sesi sore menampilkan beberapa repertoar dikemas secara ringan diawali dengan permainan piano. Selain repertoar, di sela-sela sesi sore hari diisi bincang-bincang menghadirkan musisi french horn Satya Utama. Satya memberikan pengenalan permainan alat tersebut serta coaching clinic kepada penonton.
"French horn kalau dibuat lurus panjangnya bisa mencapai lima meter. Cara memainkannya dengan meniup serta membuka-tutup katup yang ada. Gerakan bibir dan lidah berpengaruh pada nada yang dikeluarkan. Adanya french horn bisa menambah suasana megah sebuah orkestra dari efek bunyi yang ditimbulkan. Karenanya, frech horn sering digunakan sebagai efek suara dalam pembuatan sebuah film untuk menambah dramatisasi adegan," jelas Satya.
Orkestra yang diadopsi dari bahasa Yunani orchestra secara harfiah memiliki arti tempat menari. Istilah orkestra berkembang menjadi area antara tempat duduk penonton dan panggung yang digunakan oleh penyanyi paduan suara dan pemain musik melakukan perform. Perkembangan selanjutnya merujuk pada sebuah grup yang terdiri dari musisi-musisi yang memainkan alat-alat musik biasanya dalam komposisi musik klasik mengiringi pertunjukan opera.
Penggunaan alat musik meliputi alat musik gesek/string (chordphone) semisal biola, cello, gitar akustik, harpa, piano klasik; alat musik pukul/perkusi (idiophone) simbal, marakas; membranophone perkusi (conga, jimbe,), Lower Drum Sets (tom floor, bass drum, snare drum) maupun alat musik tiup (aerophone) seperti flute, clarinet, akordeon. Saat ini orkestra biasa dimainkan secara mandiri terpisah dari pertunjukan lainnya.
Pada konser Mozaik, AMARI Jogja menampilkan seluruh muridnya yang terdiri dari 12 pemain biola, tiga pemain cello, seorang pemain piano. Alunan piano secara duet Karunia Ayu dan Natalie Audrey Susanto dalam memainkan repertoar Russian Dance (Trepak) from Nutcracker Suite karya komposer Pyotr Ilych Tchaikovsky mengawali konser Mozaik.
Berturut-turut murid-murid AMARI Jogja menampilkan repertoar Vanished Day (Edvard Grieg), Chop Stick (Robert S. Frost), Gold and Silver Waltz (Franz Lehar), Yhe Flower duet Lakme (Leo Delibes), serta May Song - Long Long Ago yang diambil dari Suzuki Violin Book I dalam berbagai perform.
Orkestra, Membangun Kesabaran dan Kepercayaan
Keseluruhan repertoar dipersiapkan oleh Fafan Isfandiar selaku music director dibantu Elok Shinta Meilina. Pria kelahiran Malang ini memiliki pengalaman dengan persentuhan dunia musik yang beragam di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta. Kecintaan pada dunia musik khususnya musik klasik sejak tahun 1994 aktif di beberapa orkestra tanah air seperti Twilite Orchestra, Sa'unine, Magenta, Erwin Gutawa Orchestra, serta Concert Master The Jakarta Symphony.
Diluar orkestra, Fafan pun bersinggungan dengan berbagai grup musik di Yogyakarta. Saat mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Musik Yogyakarta dan ISI Yogyakarta, awal tahun 1990-an Fafan sempat bergabung dengan Kelompok Musik Jalanan (KPJ) Malioboro. "Ketekunan dan keuletan Fafan dalam memainkan alat musik terutama biola adalah bentuk kecintaannya pada musik. Banyak musisi berbakat, namun Fafan melengkapinya dengan kesabaran," kata Imam B Rastanagara musisi senior KPJ Malioboro saat ditemui Satuharapan.com beberapa waktu lalu di komplek Taman Budaya Yogyakarta.
Selain di KPJ Malioboro, Fafan juga tergabung dalam orkes Sinten Remen pimpinan Djaduk Ferianto. Bersama orkes Sinten Remen, Oktober tahun lalu Fafan berangkat ke Sarasota, Florida-AS melakukan perform di Ringling International Arts Festival (RIAF) 2015.
Berbekal kemampuan dan pengalaman mengikuti konser di berbagai negara di antaranya bersama Twilite Orchestra di Sydney Opera House da Bratislava-Slovakia, Berlin-Jerman, serta tur di tujuh negara eropa bersama Kua Etnika tahun 2004, Fafan membagi pengalamannya pada murid AMARI Jogja.
Setelah jeda beberapa saat, Konser Mozaik dilanjutkan dengan repertoar Holberg Suite Op 40 from Holberg's Time - Prelude (Edvard Grieg), Violin Concerto in A minor, BWV 1401 (Johann Sebastian Bach), Meditation from Thais (Jules Massenet), Symphony 40 in G minor K.550. 1st Movement (Wolfgang Amadeus Mozart), Salut d'Amour Op. 12 (Edvard Grieg), Palladio (Karl Jenkins). Sekar Ayu Tunggadewi, Kharisma Ayu, Abraham Suluh mengakhiri konser dengan repertoar Con te Partiro (Fransesco Sartori) dalam paduan suara.
Orkestra adalah membangun potongan-potongan ataupun serpihan nada dalam sebuah komposisi mozaik yang indah. Dibutuhkan kesabaran, ketekunan, dan juga saling percaya diantara seluruh anggota. Ketika anak-remaja belajar berorkestra, kita sedang menyaksikan proses pembelajaran tentang tanggung jawab, kepekaan terhadap lingkungan sekitar, penghormatan, dan juga peran yang saling melengkapi. Nilai-nilai inilah yang akan mereka sampaikan pada generasi nanti: merentangkan tangan dalam sebuah irama yang padu.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...