Konsulat Iran di Irak Dibakar Demonstran
Protes rakyat Iran sejak 1 Oktober dan berkembang menjadi anti pemerintah dan kebencian pada Iran
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM- Pasukan keamanan Irak menembak mati setidaknya 32 pengunjuk rasa pada hari Kamis (28/11) ketika massa menyerbu dan membakar sebuah kantor konsulat Iran di kota Nasiriyah.
Setidaknya 25 orang tewas ketika tentara menembaki demonstran yang memblokir sebuah jembatan sebelum fajar pada hari Kamis dan kemudian berkumpul di luar kantor polisi. Sumber medis mengatakan lusinan lainnya terluka.
Empat lainnya tewas dalam aksi protes yang sudah berlangsung dua bulan di ibu kota Irak, Baghdad, di mana pasukan keamanan melepaskan tembakan dengan amunisi tajam dan peluru karet terhadap pengunjuk rasa di dekat jembatan di atas sungai Tigris. Dua lainnya tewas pada siang hari dalam bentrokan di kota Najaf.
Di Nasiriyah, menurut laporan Al Arabiya ribuan pelayat turun ke jalan, menentang jam malam untuk menguburkan mayat mereka setelah penembakan massal.
Para demonstran bersorak di malam hari saat nyala api yang menyala dari kantor konsulat Iran yang menyala. Ini adalah gambaran baru di Irak, di mana muncul kebencian terhadap Iran yang ikut campur dalam urusan politik Irak.
Setelah Sadham Husein terguling, pengaruh Iran makin besar terhadap Irak, terutama melalui kelompok Muslim Syiah yang dominan di wilayah selatan, bahkan Iran ikut memainkan politik di Irak. Demonstrasi yang muncul akibat krisis ekonomi, korupsi dan layanan publik yang buruk, telah berkembang dengan menuduh keterlibatan Iran di negeri itu.
Telah bertahun-tahun pengaruh Teheran terhadap kelompok Muslim Syiah di berbagai negara Arab dan telah menjadi faktor penentu dalam politik Timur Tengah. Demonstrasi anti-korupsi di Irak berkembang menjadi pemberontakan terhadap pemerintah yang dicemooh oleh para demonstran muda sebagai antek-antek Teheran.
Najaf adalah sebuah kota tempat ziarah Muslim Syiah dan tempat kedudukan ulama Syiah Irak yang kuat, Muqtada Al-Sadr, dan kantor konsulat Iran dibakar oleh massa dalam serbuan Kamis malam.
Para pengunjuk rasa menuduh bahwa pemerintah Irak telah berbalik rakyat Irak sendiri untuk membela kepentingan Iran. "Semua polisi anti huru-hara di Najaf dan pasukan keamanan mulai menembaki kami seolah-olah kami membakar Irak secara keseluruhan," kata seorang pemrotes yang menyaksikan pembakaran konsulat kepada Reuters, meminta agar ia tidak diidentifikasi.
Perdana Menteri Irak, Adel Abdul Mahdi, sejauh ini tetap menolak desakan rakyat untuk mengundurkan diri. Dia dilaporkan telah mengadakan pertemuan dengan politisi senior dan dalam pertemuan itu hadir komandan Pasukan Pengawal Revolusi Iran, Quds, unit elite yang merupakan sekutu milisinya di luar negeri.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...