Kontrasepsi Satu Dolar untuk Perempuan di Negara Miskin
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Penyediaan alat kontrasepsi berbentuk suntik murah seharga satu dolar Amerika atau sekitar Rp 12.000 telah disepakati dan ditandatangani oleh yayasan Bill Gates Foundation, perusahaan farmasi Pfizer, dan Children's Investment Fund Foundation beberapa hari lalu.
Dilansir dari BBC pada Senin (17/11), kesepakatan ini tercapai untuk membantu kaum perempuan di 69 negara termiskin di dunia.
Sesuai rencana, Burkina Faso akan menjadi negara pertama yang menikmati layanan alat kontrasepsi murah ini.
Teknologi serupa sebelumnya sudah digunakan untuk memberikan vaksinasi antihepatitis B di Indonesia dengan biaya yang cukup murah.
Lebih Prakti, Tanpa Infeksi
Alat suntik kontrasepsi yang dikenal dengan nama Sayana Press ini sudah dikemas lengkap dengan obat sehingga petugas medis tidak perlu mempersiapkan alat suntik lagi. Obat dikeluarkan hanya dengan menekan kemasan plastiknya. Alat kontrasepsi ini akan memberikan perlindungan bagi perempuan selama tiga bulan.
Berkat desainnya yang disebut Unijet, tidak ada risiko tumpah atau dosis obat yang tidak tepat. Karena alat tidak bisa dipakai ulang, kemungkinan infeksi melalui jarum suntik juga tidak ada.
Kemudahan menggunakan alat ini berarti pula para petugas kesehatan dapat dilatih lebih cepat . Inilah yang menjadi pertimbangan penting bagi negara-negara berkembang.
Kadidia Diallo, bidan di ibu kota Burkina Faso, Ouagadougou, mengatakan alat kontrasepsi ini lebih mudah diterima para perempuan di daerah-daerah pedesaan.
"Biasanya untuk suntikan kita harus menyuntikkannya ke bagian tubuh tertentu atau bagian atas kaki seseorang, tapi dengan alat ini kita bisa menyuntikkanya di lengan," jelas Diallo.
"Ini merupakan keuntungan bagi para pempuan dari pedesaan. Banyak dari mereka tidak akan datang jika harus membuka pakaian mereka, yang ini lebih bersifat rahasia," Diallo menambahkan.
Ada berbagai macam alat kontrasepsi, tapi kini alat suntik kontrasepsi khusus dengan harga murah sudah tersedia.
Jangkau Keluarga Tak Mampu
Kurangnya alat kontrasepsi di Afrika sub-Sahara belakangan ini memang tengah menjadi masalah yang serius. Meskipun proporsi perempuan yang menggunakan kontrasepsi di Afrika telah berlipat ganda dalam dua dasawarsa terakhir, namun tetap sulit diterapkan untuk para perempuan yang miskin, tidak berpendidikan, atau tinggal di daerah pedesaan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 222 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda atau mencegah kehamilan, namun penundaannya tidak menggunakan alat kontrasepsi apa pun.
Sementara itu, negara berikutnya yang dijadwalkan segera menggunakan Sayana Press adalah Niger, Senegal, dan Uganda. (bbc.co.uk)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...