Korban Bencana Hujan Salju di Lanny Jaya Masih Butuh Bantuan
WAMENA, JUBI, SATUHARAPAN.COM – Kekeringan dan cuaca ekstrem telah melanda sebagian wilayah Papua. Pada 1-10 Juli lalu, terjadi hujan salju di Kabupaten Nduga, Kabupaten Lani Jaya dan Kabupaten Puncak, Provinsi Papua, yang menyebabkan pertanian puso atau gagal panen.
Tidak ada umbi-umbian dan hasil kebun yang bisa dipanen. Cuaca dingin menyebabkan ternak mati dan sebagian warga sakit. Data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNP), seperti dikutip dari situs bnpb.go.id, ada enam distrik, yang terdiri atas 21 kampung dengan 20.160 keluarga yang terdampak kekeringan di tiga kabupaten tersebut. Distrik yang terdampak parah adalah Distrik Kuyawage, Wano Barat, Kuwa Balim, Utpagga, Nenggejadin, dan Agundugame.
Lokasi yang berada di ketinggian 2.700 m di atas permukaan air laut, dengan adanya keterbatasan kebutuhan dasar seperti makanan, kebutuhan bayi/anak, obat-obatan, dan radio komunikasi, menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Lanny Jaya, ada 11 orang meninggal dunia, terdiri atas lima balita, dua anak-anak, dan empat dewasa.
Fenomena hujan salju di wilayah pedalaman Papua merupakan siklus setiap 15 tahun sekali. Peristiwa cuaca ekstrem serupa pernah terjadi pada tahun 1969, 1984, 1997 dan terakhir pada 5-10 Juli 2015.
Kondisi itu mengakibatkan sekitar 20.160 keluarga mengalami kesulitan bahan pangan, lantaran tanaman pertanian mereka kering dan membusuk. Hingga saat ini masyarakat masih membutuhkan segala macam bentuk bantuan seperti bahan makanan, selimut hingga obat-obatan.
Sekretaris Daerah Lanny Jaya, Christian Sohilait menjelaskan, bukan hanya bahan makanan seperti mi instan, beras, minyak goreng, pemerintah juga masih mengalami kesulitan untuk mendistribusikan bantuan ke tiga tempat, yaitu Kuyawage, Wano Barat, dan Goa Balim, yang memiliki letak geografis sangat sulit.
“Memang ada yang bisa melalui jalur darat, namun ada juga yang membutuhkan angkutan pesawat atau helikopter dan itu biayanya pun cukup mahal,” kata Sohilait kepada wartawan di Posko bantuan bencana di Wamena, yang dikutip dari suarawiyaimana.co.uk, Rabu (22/7).
Menurutnya, sejak terjadinya bencana pada 4 Juli 2015, bantuan sudah langsung disalurkan pemerintah Kabupaten Lanny Jaya sejak 18 sampai 22 Juli 2015 ke tiga distrik tersebut.
Pada penyaluran bantuan tahap pertama, dua kali penerbangan ke Distrik Kuyawage dengan membawa barang campuran yang diberikan oleh BNPB Provinsi Papua, dan pada hari berikutnya, Senin (20/7), kembali menerbangkan dua kali penerbangan ke Distrik Kuyawage dengan membawa 1,1 ton beras dan empat karung ubi-ubian.
Selanjutnya, pada 21 Juli 2015 kembali membawa barang campuran, dan juga membawa dua dokter dan lima perawat yang menggantikan para medis sebelumnya, yang sudah di Kuyawage selama kurang lebih dua minggu.
“Pemkab Kabupaten Lanny Jaya telah membuka dua posko penampungan, bahan bencana baik di Kota Wamena di area Bandara Wamena dan juga di Tiom, ibu Kota Lanny Jaya. Hal ini bertujuan agar mempermudah penyaluran bahan makanan dan segala jenis bantuan untuk masyarakat yang terkena bencana hujan salju.
“Sebenarnya yang kita butuhkan itu adalah angkutan di mana sebenarnya pesawat adalah dalam keadaan siap, namun terkendala dengan dana, keamanan dan juga obat-obatan yang hampir lebih dari 29 koli yang membutuhkan obat-obatan itu adalah penyakit diare, gatal-gatal, scabies,” katanya.
Dia juga mengakui, susah sekali masuk ke tempat bencana, karena distrik Gua Baliem, yang terdapat 117 orang yang sakit, dan satu orang meninggal di Baliem Neri, secara keseluruhan tidak terkumpul di satu tempat (satu kampung), tersebar di delapan kampung.
Sekda juga memerintahkan kepada jajarannya, untuk menggunakan semua tenaga medis lokal di tempat bencana seperti tenaga puskesmas pembantu dan puskesmas, dan Pemkab juga mengirimkan Radio Single Side Band (SSB) untuk mendapatkan informasi yang terkini.
Pemkab Lanny Jaya sangat mengharapkan, adanya bantuan berupa helikopter, agar bantuan bisa masuk langsung ke tempat bencana.
Mensos: Butuh Uji Laboratorium Dampak Hujan Salju
Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menegaskan, akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Ristek-Dikti dan Kementerian Pertanian untuk melakukan uji laboratorium terhadap tanaman pertanian masyarakat di tiga kabupaten wilayah pegunungan Papua yang mati terkena badai hujan salju.
"Musibah hujan salju merupakan hal spesifik dan mengakibatkan tanaman pertanian masyarakat seperti umbi-umbian membusuk sehingga tidak bisa dipanen. Ini memerlukan uji laboratorium," kata Khofifah kepada wartawan dalam kunjungannya bersama Menteri PPA Yohana, ke Ilaga, ibu kota Kabupaten puncak yang dikutip dari Antara di Timika, baru-baru ini.
Mensos Khofifah mengatakan, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan, agar dilakukan analisis mendalam terhadap fenomena badai hujan salju di Papua.
Presiden Joko Widodo juga menginstruksikan, agar dilakukan penelitian terhadap tanaman pertanian yang bisa bertahan pada kondisi cuaca ekstrem dengan suhu minus, yang melanda tiga kabupaten di pedalaman Papua itu baru-baru ini.
"Itu secara khusus diarahkan oleh Presiden. Kami sudah berkoordinasi dengan Ristek dan Kementerian Pertanian, untuk segera melakukan sampling uji coba laboratorium, kenapa hujan salju di Papua berakibat fatal terhadap tanaman pertanian yang menyebabkan gagal panen," katanya.
Menindaklanjuti instruksi Presiden tersebut, Mensos Khofifah telah mengajak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk merencanakan program-program strategis jangka panjang guna mengantisipasi dampak hujan salju di Papua.
"Ada tanaman yang ternyata bisa cocok ketika ada hujan salju yaitu kentang, wortel, dan kol. Solusinya adalah, beberapa bibit tanaman misalnya ubi jalar (petatas) perlu diganti supaya bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik. Tanaman wortel, kentang dan kol yang memang memiliki tingkat ketahanan terhadap hujan salju, budidayanya harus dimaksimalkan. Sehingga hal ini akan memenuhi kebutuhan produksi pertanian walaupun pada musim salju atau embun beku tiba," kata Khofifah.
Selain itu, katanya, untuk mengantisipasi kekurangan bahan makanan jika sewaktu-waktu terjadi cuaca ekstrem cukup lama, perlu dibangun sebuah gudang, untuk menyimpan stok kebutuhan pangan. Gudang tersebut harus disiapkan di seluruh kabupaten terdampak hujan salju.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...