Korban Meninggal Letusan Gunung Semeru Menjadi 34 Orang
22 Orang masih hilang dan tim gabungan akan mencari selama sepekan.
LUMAJANG, SATUHARAPAN.COM-Hari keempat paska erupsi Gunung Semeru (3.676 dpl), dilaporkan bahwa korban meninggal menjadi 34 orang, dan 10 korban belum bisa diidentifikasi. Sementara ada 22 orang yang masih belum ditemukan.
Tim SAR gabungan masih berusaha menemukan warga yang hilang tersebut. Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) di bawah koordinasi Basarnas ini menargetkan waktu pencarian korban selama satu pekan.
Hal tersebut disampaikan Danrem 083/Baladhika Jaya Kolonel Inf. Irwan Subekti dalam konferensi pers pada hari ini, Selasa (7/12). Sebagai Komandan Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas Guguran Gunung Semeru, dia menyampaikan korban yang masih dinyatakan hilang berjumlah 22 orang. Upaya pencarian difokuskan di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh dan wilayah Desa Curah Kobokan.
Operasi tim gabungan sangat memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan di lapangan, terutama hujan. “Hampir setiap hari, setiap sore turun hujan. Upaya pencarian sangat dipengaruhi kondisi hujan di lapangan,” katanya.
Pencarian korban juga memperhatikan keadaan material vulkanik yang masih panas dan hujan bisa mengakibatkan banjir lahar dingin.
Tim gabungan mengerahkan banyak personel, dan njuga menggunakan alat berat untuk menemukan warga yang hilang, termasuk penambang pasir.
Pengungsi Akan Direlokasi
Beberapa korban masih dalam proses identifikasi. Dari jumlah korban meninggal sebanyak 34 orang, 10 di antara mereka belum teridentifikasi. Selain itu, disebutkan bahwa warga yang mengungsi berjumlah 4.250 jiwa, yang tersebar pada beberapa titik di Kabupaten Lumajang, dan hanya ada satu di Kabupaten Malang dan satu di Blitar.
Di Lumajang, warga yang mengungsi di Kecamatan Candipuro sebanyak 1.733 jiwa, Pasirian 974, Tempeh 400, Pronojiwo 295, Lumajang 199, Pasrujambe 197, Sukodono 191, Sumbersuko 67, Jatiroto 56, Yosowilangun 28, Ranuyoso 26, Rowokangkung 16 dan Gucialit delapan.
Bupati Lumajang H. Thoriqul Haq mengatakan, pemerintah daerah berupaya untuk memberikan pelayanan kepada para penyintas secara optimal. Untuk penanganan jangka pendek, menengah dan panjang warga di tempat pengungsian, pihaknya akan memindahkan warga yang mengungsi ke fasilitas-fasilitas pendidikan, seperti SD, SMP dan SMA di Lumajang.
“Tempat pengungsian sekarang berada di beberapa balai desa dan kecamatan, akan direlokasi ke sekolah. Saat ini kami sedang menginvetaris sekolah (SD, SMP dan SMA) yang bisa digunakan sebagai tempat penampungan,” kata Thoriqul.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...