Korban MERS di Arab Saudi Sudah 139 Kematian
RIYADH, SATUHARAPAN.COM - Jumlah kasus Sindrom Pernafasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/MERS), yang terdaftar di Arab Saudi, telah bertambah jadi 480 termasuk 139 kematian, setelah penambahan enam kasus baru dan enam kematian lagi, kata Kementerian Kesehatan negeri itu, Sabtu (10/5).
Salah satu pasien yang meninggal dalam 24 jam terakhir telah didiagnosis, sementara sisanya adalah dari kasus kritis sebelumnya, kata portal Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
Di antara enam kasus baru tersebut, satu pasien menerima pengobatan di ICU, tiga berada dalam kondisi stabil dan dua tanpa gejala. Tiga kasus baru berasal dari Riyadh, dua dari jeddah dan satu dari Makkah.
Selain itu, enam kasus lagi -dua lelaki dan empat perempuan- telah sepenuhnya pulih dan telah diperkenankan pulang dari rumah sakit.
Selain statistik harian tersebut, Kementerian itu pada Sabtu (10/5) juga membantah beberapa laporan bahwa penjabat menteri yang baru diangkat telah terinfeksi virus tersebut, demikian laporan Xinhua.
Kementerian itu menyatakan berita tersebut tidak berdasar dan menteri yang dimaksud sedang berada dalam kondisi baik.
Sementara seorang jemaah umroh asal Makassar, Sulawesi Selatan dinyatakan positif terinfeksi MERS dan saat ini sedang mendapatkan perawatan intensif di RS King Fahd Jeddah, Arab Saudi.
Menurut keterangan pers dari Konsulat Jenderal RI (KJRI) Jeddah, pasien yang positif terjangkit MERS bernama Jumallang Kaneng Lejja, berusia 84 tahun.
Berdasarkan data yang ada, Jumallang masuk ke daerah Arab Saudi pada tanggal 15 April 2014 dan jadwal kepulangannya tercatat pada tanggal 25 April 2014.
"Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari dokter RS King Fahd, Jumallang masuk RS pada tanggal 28 April 2014, diantar oleh anaknya Syafrudin dan perwakilan dari pihak Travel, dengan keluhan sakit di bagian dada, dan selanjutnya dirawat di Ruang ICU," ujar Syarif Shahabudin Pelaksana Fungsi Pensosbud KJRI Jeddah.
Pada pemeriksaan lebih lanjut, Jumallang dinyatakan positif terinveksi virus MERS dan saat ini dalam perawatan intensif di ruang isolasi RS King Fahd Jeddah.
"Menurut penjelasan pihak RS dan dokter yang menangani, keadaan dan kondisi kesehatan pasien menunjukkan perkembangan baik dan diharapkan akan terus mengalami perbaikan selama dalam perawatan," tambah Syarif.
Untuk tindakan pencegahan, pihak rumah sakit juga akan melakukan pemeriksaan MERS pada Syafrudin untuk mengetahui dan memastikan apakah juga terindikasi suspect virus MERS yang akan dilaksanakan pada Minggu (11/5), meskipun kondisi kesehatannya saat ini dalam keadaan baik.
Syarif menambahkan bahwa pihak KJRI hingga saat ini terus memantau dari dekat penanganan kasus ini, melalui koordinasi dengan pihak RS dan pihak-pihak terkait lainnya.
"Pada saat bersamaan, upaya-upaya diseminasi informasi juga terus dan secara intensif dilakukan untuk meningkatkan pemahaman serta kewaspadaan masyarakat Indonesia mengenai bahaya virus MERS yang belum ditemukan vaksinnya tersebut." ujar Syarif.
MERS dipandang sebagai "sepupu virus SARS" yang lebih mematikan tapi tak terlalu cepat menyebar. SARS merebak di Asia pada 2003 dan menyerang ribuan orang.
Koronavirus tersebut pertama kali ditemukan pada pertengahan 2012 pada seorang pria tua yang menderita radang paru-paru akut dan gagal ginjal. Virus itu telah menyebar dari negara Teluk ke Afrika Utara, Asia Tenggara dan Eropa, menewaskan lebih dari seratus orang dan menyerang ratusan orang lagi.
Arab Saudi menghadapi kasus MERS paling banyak di dunia, dengan mencatat kasus dan kematian baru hampir setiap hari. (AFP/Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...