Krisis Ringgit, Pemerintah Diminta Berhenti Salahkan Faktor Eksternal
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Malaysia yang kini berjuang mengatasi pelemahan ringgit, tidak bisa semata-mata menyalahkan faktor eksternal menghadapi krisis kepercayaan dan kredibilitas, menurut International Center for Education in Islamic Fnance (INCEIF), sebuah lembaga yang dibentuk oleh Bank Negara Malaysia untuk mengembangkan sumber daya manusia industri keuangan Islam.
Dalam mingguan digitaledge edisi 31 Agustus-6 September, Profesor Emeritus INCEIF, Datuk Mohamed Ariff, dikutip mengatakan negara harus bertindak cepat untuk mengembalikan kepercayaan dan kredibilitas.
Mohamed mengatakan: "Tampaknya negara ini sedang dalam mode penyangkalan. Penurunan tajam harga komoditas, merosotnya nilai tukar ringgit dengan cepat, lonjakan utang, pasar saham yang sakit dan jatuhnya cadangan bank sentral merupakan pukulan berat bagi perekonomian Malaysia. Tetapi kita masih tetap saja mendengar pernyataan bahwa fundamental kita masih kuat," kata dia.
"Pembicaraan tersebut hanya membuat sentimen investor lebih surut lagi, karena ini menimbulkan kesan bahwa pemerintah justru tidak bisa mengenali atau memahami bahwa ada masalah, apalagi memperbaikinya," katanya.
Menurut Mohamed, kepercayaan dan kredibilitas krisis di negara itu berasal terutama dari faktor domestik.
Dia mengatakan faktor-faktor itu termasuk tidak adanya checks and balances selain kurangnya transparansi, keterbukaan dan akuntabilitas.
"Krisis yang dihadapi negara saat ini berasal dari dalam negeri. Ini merupakan hasil dari tata pemerintahan yang buruk dan salah urus. Skandal keuangan yang sedang berlangsung berbicara banyak. Penanganan yang buruk dari masalah tanpa jawaban langsung dan tidak adanya checks and balances telah mempengaruhi citra negara di arena global."
"Perekonomian macet dalam suatu krisis kepercayaan dan kredibilitas. Untuk menempatkan ekonomi kembali ke jalur, kita harus mengembalikan kepercayaan dan kredibilitas, yang hanya bisa datang dengan peningkatan transparansi, keterbukaan dan akuntabilitas," kata Mohamed Ariff.
Komentarnya datang pada saat ringgit telah terdepresiasi ke level baru terhadap mata uang utama setelah Tiongkok mendevaluasi yuan dan menurunkan suku bunga. Ringgit juga melemah dalam mengantisipasi kenaikan suku bunga AS tahun ini.
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...