Krisis Ukraina Harga Minyak Melonjak
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Harga minyak dunia melonjak ke tingkat tertinggi tahun ini pada Senin atau Selasa (4/3) pagi WIB, karena krisis Ukraina meningkatkan kekhawatiran mengenai gangguan pasokan energi.
Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April di New York Mercantile Exchange, melonjak 2,33 dolar AS atau 2,3 persen menjadi ditutup di 104,92 dolar AS per barel, penutupan tertinggi sejak September.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April melonjak 2,13 dolar AS atau 2,0 persen, berakhir di 111,20 dolar AS per barel di perdagangan London.
"Ketidakpastian yang sedang berlangsung di Ukraina telah menyebabkan momentum kenaikan lebih lanjut di pasar minyak, di tengah kekhawatiran tentang masalah produksi minyak," kata Myrto Sokou, analis riset senior di perusahaan pialang Sucden di London.
"Rusia adalah negara penghasil minyak terbesar di dunia, sehingga setiap ketidakpastian politik bisa meningkatkan kekhawatiran serius tentang isu-isu pasokan minyak di seluruh dunia."
Parlemen Rusia pada Sabtu secara resmi memberikan izin kepada Presiden Vladimir Putin untuk menggunakan kekuatan militer guna melindungi kepentingan Rusia di Ukraina.
Ukraina pada Senin menuduh Rusia menempatkan lebih banyak tentara ke Crimea (semenanjung Ukraina di pantai utara Laut Hitam) ketika para pemimpin dunia bergulat dengan kebuntuan terburuk di Eropa sejak Perang Dingin dan pasar saham anjlok di tengah kekhawatiran konflik habis-habisan.
Krimea telah berada di bawah pendudukan de facto oleh pasukan yang didukung Moskow sejak Presiden Vladimir Putin memperoleh otorisasi parlemen pada Sabtu untuk mengirim pasukan ke Ukraina.
Dengan produksi lebih dari 10 juta barel per hari pada Januari, Rusia bersaing dengan Arab Saudi sebagai produsen minyak mentah terbesar di dunia, dan merupakan penghasil gas alam terbesar kedua.
Lebih dari 70 persen dari gas dan minyak Rusia diekspor ke Eropa melewati Ukraina.
"Ukraina adalah pintu gerbang untuk gas alam ke Eropa dan itu merupakan batas tipis untuk menjadi tali skipping (lompat)," Carl Larry dari Oil Outlooks and Opinion mengatakan dalam sebuah catatan penelitian.
"Dunia tidak sanggup kehilangan 4,8 juta barel per hari (bph) ekspor minyak mentah yang Rusia kirimkan. Juga tidak sanggup kehilangan 198 miliar meter kubik gas alam yang diberikan Eropa dan Asia."
"Bahkan gangguan parsial saja bisa menjadi material untuk pasar global," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Evans mengatakan reaksi pasar minyak sejauh ini telah "diukur", menyiratkan para investor melihat kemungkinan gangguan pasokan besar sebagai "jauh dari kepastian". (Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...