Krisis Ukraina, Pesan Paskah Gereja Ortodoks Terpecah
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Pesan Paskah Gereja Ortodoks di Kiev dan Moskow ikut berseberangan akibat perpecahan mendalam di Ukraina, dan berkembang terus dengan semakin menegang terutama di wilayah timur.
Pimpinan Gereja Ortodoks Ukraina Patriark Filaret menuduh Rusia "agresor" dan "jahat".
Sedangkan pemimpin Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill memohon pada Tuhan supaya desain dari mereka yang ingin mengobrak-abrik Rusia dan Ukraina segera berakhir.
Sementara aktivis pro - Rusia di wilayah timur terus bertahan dengan menduduki kantor-kantor pemerintah.
Seorang mediator dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (Organisation for Security and Cooperation in Europe/OSCE) dijadwalkan akan mengadakan pembicaraan dengan mereka para aktivis pro - Rusia pada hari Minggu (20/4).
Ertogrul Apakan, ketua misi khusus OSCE di Kiev, menurut apa yang dikatakan wakilnya akan ke Donetsk mencoba berbicara dengan aktivis pro - Rusia supaya mematuhi kesepakatan pembicaraan yang dicapai pada hari Kamis (17/4) untuk meredakan krisis.
Dalam pesan Paskah-nya, Patriark Filaret mengatakan: "Berlawanan dengan kami bangsa yang cinta damai, yang telah secara sukarela menyerahkan senjata nuklir, sekarang mengalami agresi dan telah terjadi ketidakadilan.
Sementara Perdana Menteri interim Ukraina Arseniy Yatsenyuk mengatakan, "Presiden Putin memiliki mimpi untuk mengembalikan Uni Soviet.”
"Sebuah negara yang menjamin integritas dan tidak dapat mengganggu gugat wilayah kami telah melakukan agresi. Allah tidak bisa berada di sisi kejahatan, sehingga musuh rakyat Ukraina dikutuk untuk dikalahkan," kata Arseniy Yatsenyuk.
"Tuhan, membantu kita membangkitkan Ukraina," harap dia.
Di Moskow, pemimpin Gereja Ortodok Rusia, Patriark Kirill memohon perdamaian dalam pesan Paskahnya, dia mengatakan itu "harus memerintah dengan hati dan pikiran saudara-saudara kita oleh darah dan dengan iman".
Tapi ia juga mengatakan Ukraina adalah secara "spiritual dan historis" adalah satu dengan Rusia, dan ia berdoa untuk itu supaya mendapatkan otoritas yang "sah terpilih".
"Dalam beberapa abad, Ukraina menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia kemudian Uni Soviet dan Gereja Ortodoks Ukraina juga berada dalam Patriarki Moskow," kata Patriark Kirill.
Penjabat presiden Ukraina, Oleksander Turchynov, mengatakan dalam pesan Paskahnya: "Kita hidup dalam waktu yang menentukan ketika orang-orang Ukraina telah tegas menyatakan perjuangan mereka untuk kebebasan dan keadilan."
Dalam sebuah wawancara yang akan ditayangkan secara lengkap pada hari Minggu (20/4) di NBC Meet the Press, Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin mencoba "membangkitkan Uni Soviet".
Jika Putin berhasil, Yatsenyuk mengatakan, itu akan menjadi "bencana terbesar abad ini".
Ukraina telah berada dalam krisis sejak Presiden Viktor Yanukovych digulingkan pada bulan Februari.
Rusia kemudian menganeksasi semenanjung Crimea - bagian dari Ukraina tetapi dengan mayoritas warganya berbahasa Rusia - dalam sebuah langkah yang memicu kemarahan internasional.
Aneksasi itu disusul dengan referendum di Crimea yang diarahkan supaya bergabung dengan Federasi Rusia.
Aktivis pro - Rusia selanjutnya menduduki gedung-gedung di beberapa kota Ukraina timur dengan dukungan Moskow.
Ilegal
Rusia, Ukraina, Uni Eropa dan AS sepakat melakukan pembicaraan di Jenewa pada hari Kamis lalu bahwa kelompok militer ilegal di Ukraina harus dibubarkan, dan mereka yang menduduki kantor pemerintahan harus dilucuti dan pergi.
Tapi juru bicara separatis di kota Donetsk mengatakan bahwa pemerintah Kiev adalah "ilegal", dan bersumpah mereka tidak akan pergi sampai mengundurkan diri.
Utusan dari Swiss, Christian Schoenenberger, yang negaranya memimpin OSCE, mengatakan telah memonitor dan berbicara dengan beberapa pembangkang di wilayah timur.
"Untuk saat ini kemauan politik mereka adalah tetap tidak mau pergi," katanya.
Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchytsia mengatakan bahwa operasi terhadap militan pro - Rusia sementara dihentikan untuk menghormati Paskah.
Pemerintah sementara Ukraina telah meminta adanya persatuan nasional dan berjanji untuk membahas beberapa tuntutan demonstran pro - Rusia. Termasuk desentralisasi kekuasaan dan jaminan untuk status menggunakan bahasa Rusia.
Namun AS telah memperingatkan, bahwa perkembangan beberapa hari ke depan akan sangat penting dan telah mengancam sanksi lebih terhadap Rusia jika gagal mematuhi perjanjian.
Wakil Presiden AS Joe Biden dijadwalkan mengunjungi Kiev besok Selasa (22/4). (bbc.com/voiceofrussia.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...