Kristen Iran Bicara Tentang Kondisi Mereka
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Agata Abrahamian, seorang Kristen Iran, bagian dari 0,5 persen populasi di negara yang dipimpin Hassan Rouhani ini berbicara tentang komunitasnya. Tentang perwakilan di parlemen bagi orang Kristen, kebebasan beragama, dan penghargaan warga Muslim kepada mereka.
Pada akhir Oktober-November lalu, di Korea Selatan Dewan Gereja Dunia (WCC) mengadakan sidang raya. Perwakilan gereja-gereja di seluruh dunia hadir. Beberapa mendapat kesempatan untuk berbicara tentang kondisi mereka: Mesir, Iran, Palestina, India, dan Sudan Selatan.
Komunitas Kristen Iran yang mayoritas adalah keturunan Armenia, diwakili oleh seorang mahasiswi perempuan, Agata Abrahamian. Satuharapan.com mendapat kesempatan mewawancarai lanjut setelah sidang raya melalui sosial media. Pertanyaan yang diajukan awal November 2013, dijawab pekan lalu.
Seperti hendak menjawab berbagai kritik atas negaranya, Abrahamian mengungkapkan bahwa orang Kristen di Iran—khususnya dari komunitas dia, Gereja Apostolik Armenia—bebas menjalankan ibadah. Mereka juga bebas merayakan hari besar agama Kristen: Natal dan Paskah. Ibadah Minggu pun berjalan tanpa gangguan.
Komunitas Armenia berada di kantong-kantong tertentu, Teheran, Isfahan, Tabriz, Ooroomie dan beberapa kota lainnya. Orang Armenia juga mempunyai dua kursi perwakilan di parlemen untuk memperjuangkan hak-hak mereka. “Misalnya, ‘uang darah’ (uang pengganti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan yang diberikan kepada keluarga korban, Red) dahulu nilainya berbeda antara Muslim dan Kristen, kini sama,” tulisnya.
“Muslim Iran menghargai orang Kristen Armenia,” tulisnya dengan bangga. Tentang mereka yang menjadi Kristen, Abrahamian menjawab, “Saya juga mendengar beberapa kasus.” Namun, saat ditanya tentang Pdt Saeed Abedini yang dipenjara karena imannya, ia tidak menjawab. Namun ia menekankan, “Pengikut Kristus tidak ilegal.”
Kristen di Iran
Sebagai gambaran, menurut situs Wikipedia, kekristenan di Iran memiliki sejarah panjang, bertarikh sejak tahun-tahun awal iman. Bahkan lebih tua daripada agama negara Iran, Islam itu sendiri. Sejak awal, kekristenan selalu menjadi agama minoritas, dengan agama mayoritas negara—Zoroastrianisme sebelum penaklukan Islam, Sunni Islam pada Abad Pertengahan dan Syiah Islam di zaman modern—meskipun kekristenan mempunyai representasi yang jauh lebih besar di masa lalu daripada ini. Kristen Iran telah memainkan peran penting dalam sejarah misi Kristen. Saat ini, setidaknya ada 600 gereja untuk 250.000 orang Kristen di Iran.
Sejumlah denominasi Kristen ada di Iran. Kebanyakan menjadi anggota gereja-gereja tua milik kelompok etnis minoritas—Siria dan Armenia. Dua etnis tersebut memiliki budaya khas mereka sendiri dan bahasa. Para anggota baru, gereja-gereja kecil dari etnis minoritas tradisional Kristen maupun mereka yang berasal dari latar belakang non-Kristen.
Gereja-gereja Kristen utama adalah: Gereja Apostolik Armenia (antara 110.000-250.000 jemaat), Gereja Siria Timur (sekitar 11.000 jemaat), Gereja Katolik Chaldean Iran (sekitar 7.000 penganut Assyrian). Ada juga berbagai denominasi lain, beberapa contoh adalah: Presbyterian, termasuk Gereja Asiria Injili, Pentakosta, termasuk Gereja Asiria Pentakosta, Jama'at - e Rabbani (Gereja Sidang Jemaat Allah), dan Keuskupan Anglikan Iran.
Menurut Operation World, ada sekitar 7.000 dan 15.000 anggota dan penganut berbagai Protestan, Injili dan gereja-gereja minoritas di Iran, meskipun angka-angka ini sangat sulit untuk memverifikasi dalam situasi politik saat ini.
The International Religious Freedom Report 2004 oleh Departemen Luar Negeri AS mengutip jumlah agak lebih tinggi dari 300.000 orang Kristen di Iran, dan menyatakan sebagian besar di antaranya etnis Armenia diikuti oleh etnis Assyria.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...