Kristen Malaysia Tidak Terkejut dengan Pelarangan Kata Allah
MALAYSIA, SATUHARAPAN.COM - Pelarangan umat Kristen menggunakan kata Allah dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan Keislaman partai UMNO dan memenangkan kembali dukungan dari mayoritas warga Melayu, BBC News mengatakan dalam sebuah komentar kemarin (14/10).
Koresponden BBC di Malaysia, Jennifer Pak mengamati bahwa Pengadilan kemarin (14/10) yang memenangkan putusan Banding yang melarang penggunaan kata Allah di Malaysia untuk majalah mingguan Katolik, Herald, tidak mengejutkan 9 persen umat Kristen dari populasi di Malaysia.
"Banyak dari mereka percaya bahwa kasus ini bermula dari persaingan ketat antara partai berbasis Melayu - Muslim, UMNO dengan partai Islam oposisi, PAS," kata Jennifer Pak.
"Ini adalah masalah yang dimunculkan di media terkait dengan pemerintah menjelang pemilihan umum dan segera menyusut setelah pemungutan suara."
Dia mencatat bahwa tidak semua Muslim mendukung keputusan pemerintah yang melarang kata Allah. Kelompok hak asasi Melayu, Perkasa adalah salah satu pendukung paling vokal atas larangan tersebut.
Sementara itu, media terbitan Uni Emirat Arab, The Nasional, menyatakan terkejut atas keputusan yang dibuat oleh panel tiga hakim di Pengadilan Tinggi, dengan menyebutnya "salah".
"Keputusan Malaysia seharusnya bukan hanya teologi, tetapi juga didasarkan pada etimologi kata. Kata 'Allah berasal dari bahasa Arab 'al-ilah'. Kata ini menyebar ke seluruh dunia dan masuk Melayu dari bahasa Arab," tulis editorial di The National edisi 14 Oktober 2013.
"Kata Allah tidak pernah eksklusif untuk Islam - karena, baik Kristen dan Yahudi menggunakan kata Allah untuk menyebut Tuhan bahkan sebelum kedatangan Islam.
"Quran itu sendiri eksplisit mengenai masalah ini, seperti dinyatakan dalam Surah Al Ankabut, bahwa umat Islam harus memberitahu Ahli Kitab (Kristen dan Yahudi) bahwa Allah kami dan Tuhanmu adalah satu."
Media itu juga menunjukkan bahwa UEA, menjadi negara Muslim dengan populasi Kristen dan Hindu sebagai populasi yang substansial, juga bangga dengan masyarakatnya di mana penganut agama yang berbeda mampu mempraktekkannya secara terbuka dan tanpa diskriminasi.
"Salah satu alasan Islam mampu menyebar begitu jauh, begitu cepat, adalah sifat iman yang inklusif."
Media yang diterbitkan dari Timur Tengah, The National itu sebelumnya juga sudah membahas beberapa kali sebelum masalah penggunaan kata telah diperdebatkan di Malaysia sejak awal 2010.
Pada bulan Januari 2010, seorang kolumnis mengatakan, "Malaysia dengan keras memprotes Kristen menggunakan kata Allah, protes itu hanya sentimen keliru yang mengkhianati dan kurangnya pengetahuan akan Islam".
"Menurut Islam, Allah adalah nama yang tepat dari bahasa Arab untuk Tuhan Yang Maha Esa, pencipta seluruh umat manusia. Allah adalah Tuhan yang sama dari Nuh, Ibrahim, Musa, Yesus, Muhammad dan semua nabi dan rasul lainnya. Mengingat fakta-fakta di atas, kemarahan Malaysia hanya membuang energi dan semangat sesat," kata Akash Sagar.
Kolumnis lain untuk The National, Khaled Diab, dalam tulisannya yang dimuat awal bulan ini mengatakan bahwa Malaysia akan menjadi "sesat" karena melarang kata Arab untuk Tuhan.
"Kebanyakan warga Malaysia tidak berbicara bahasa Arab dan sehingga beberapa Muslim di antara mereka mungkin berada di bawah kesan palsu bahwa Allah adalah kata eksklusif Islam. Tapi mereka keliru. Allah hanya kata Arab untuk Tuhan," tulis Khaleb berpendapat. (themalaysianinsider.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...