Kristen Myanmar Kirim Tim Kemanusiaan ke Irak
MOSUL, SATUHARAPAN.COM – Kelompok etnis Kristen yang sempat mengalami penganiayaan di Myanmar, Free Burma Rangers (FBR) mengirimkan tim membantu warga Irak yang tengah mengalami penganiayaan di bawah rezim Islamic State Iraq and Syria (ISIS).
Menurut Christian Times, Sabtu (21/1), Free Burma Rangers (FBR) awalnya dibentuk dengan tujuan memberikan bantuan kemanusiaan kepada minoritas Myanmar yang terlantar akibat penganiayaan dari pemerintah militer Myanmar.
FBR dipimpin oleh mantan perwira Angkatan Darat Amerika Serikat (AS), David Eubank, kelompok itu memiliki lebih dari 70 tim bantuan di Myanmar, anggotanya mewakili 13 minoritas etnis yang berbeda.
Selain memberikan bantuan medis, makanan dan tempat tinggal di daerah pertempuran, FBR juga mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia.
Kelompok ini sempat mengambil kesempatan untuk membantu warga Irak dan Suriah yang tertindas pada bulan Februari 2015.
Eubank mengungkapkan bahwa ia dihubungi temannya yang bekerja sebagai misionaris di Kurdistan tahun 2014.
Temannya memohon dia untuk datang ke Kurdistan, karena wilayah tersebut dan Niniwe diambil alih ISIS. Eubank mengatakan hampir mustahil bagi dia meninggalkan Myanmar saat itu, namun sebuah hal berbeda terjadi setelah Eubank berdoa kepada Tuhan, tentara Myanmar berpindah tempat penyerangan.
Dengan bantuan teman lain di AS, Eubank mampu membeli tiket pesawat untuk Kurdistan.
"Pada perjalanan pertama ke Kurdistan, saya berjalan bersama dengan tentara Kurdi dan saya berada di pegunungan Sinjar, sementara itu bisa saja ISIS menebar ancaman, saya hanya berdoa kepada Tuhan ‘Oh, Tuhan apa yang seharusnya saya lakukan,” kata Eubank
“Saya hanya merasa Tuhan menyuruh saya meninggalkan Free Burma Ranger dan bantu orang-orang ini (Kristen di Irak),” Eubank menambahkan.
Dia melanjutkan untuk bertemu dengan anggota tim FBR di Thailand untuk meminta mereka untuk bergabung dengannya. Eubank, bersama dengan istrinya, dan kedua anaknya, kembali ke Kurdistan dengan beberapa orang anggota FBR yang berasal dari lima etnis yang berbeda di Myanmar.
Eubank mengatakan bahwa semua anggota tim adalah orang Kristen yang mengalami penganiayaan, dan beberapa telah kehilangan anggota keluarga dalam konflik militer.
“Jadi Anda mendapatkan orang-orang dari Myanmar, walau perang di Myanmar belum berakhir. Jika Anda bertanya tentang alasan mereka pergi dari Myanmar, maka mereka (orang Myanmar) akan berkata, 'Tuhan memimpin kami lewat orang-orang yang telah membantu kami, sehingga kami harus membantu orang lain,” Eubank menceritakan.
Dia mencatat bahwa anggota tim etnis telah menjadi petugas medis kelas dunia berkat pengalaman yang mereka dapat sebelumnya di Myanmar.
Pada bulan November 2016, sebuah LSM meminta FBR untuk pergi ke Mosul untuk memberikan makanan untuk warga yang tidak mampu, apalagi bagi warga yang melarikan diri dari kota tersebut, selain itu FBR juga diminta membantu tentara Irak yang terluka.
Eubank mengatakan bahwa FBR akan pergi ke mana pun ada orang yang membutuhkan bantuan mereka.
“Dalam hal ini, orang-orang yang kami butuhkan berada di Mosul. Kami merasa bekerja sama dengan pihak yang tepat yakni Angkatan Darat Irak, kami memberi perawatan medis ketika ada salah satu yang tertembak, kami memberikan makanan dan persediaan untuk orang-orang kota,” Eubank menambahkan. (christiantimes.com)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...