Kristen Syriac Peringati 100 Tahun Genosida oleh Kekaisaran Ottoman
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Warga Kristen Syriac memperingati 100 tahun Sayfo, genosida yang dilakukan oleh Kakisaran Ottoman terhadap orang Kristen Syriac dan Armendia, hari Minggu (11/1). Peringatan dilakukan dengan misa yang dipimpin Patriark Mor Ignatius Aphrem II di Katedral St. George di Damaskus, Suriah.
Sayfo adalah nama yang dugunakan oleh orang-orang Syriac tentang genosida terhadap orang-orang Kristen Syriac pada masa Kekaisaran Ottoman pada awal abad kedua puluh. Jumlah korban di kalangan Sayfo sekitar setengah juta orang yang meninggal dalam genosida yang bertujuan untuk menghapus komunitas Kristen di wilayah tersebut.
Pihak berwenang Ottoman, seperti diberitakan situs berita di Mosul, Ankawa.com, membunuh orang-orang Syriac, Armenia dan warga Kristen lainnya. Mereka menyita properti mereka dan menangkap para perempuan. Mereka mengubah bangunan gereja menjadi peternakan atau restoran untuk menghapus semua tanda-tanda tentang umat Kristen di Timur.
Dalam pembukaan peringatan sebad itu Patriark Aphrem mengatakan, kita berkumpul bersama hari ini untuk peringatan sebadaGenosida Syriac, Sayfo, yang dilakukan terhadap orang yang tidak bersalah, yang hanya bersalah karena menganurt agama yang berbeda dari pembatai mereka, karena mereka tetap bertahan dengan iman... daripapada mengubah agama mereka.
"Seratus tahun setelah Sayfo, kita menghadapi genosida baru. Penganiaya baru telah muncul dan membunuh semua orang yang menolak ketidakadilan atau untuk mengubah agama mereka,” kata Patriark Aphrem menambahkan.
“Sepertinya mereka mencoba untuk mencapai apa yang belum dicapai seratus tahun yang lalu. Peralatannya mungkin telah berubah, tapi tujuannya adalah satu, untuk membunuh mereka yang menolak dicabut kebebasan mereka,” kata dia.
Dia menambahkan bahwa "pesan kami hari ini jelas, dan kita memulai dari ibu kota Damaskus yang bersejarah, sehingga seluruh dunia tahu bahwa ini adalah tanah kami dan kami tidak akan meninggalkannya, apapun alasannya. Kami menangis keras bersama Paulus yang mengatakan: apa yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus, dan negara kita. Haruskah pergolakan, atau tekanan, atau penganiayaan, atau kelaparan, atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang"?
Patriark Aphrem menjelaskan, "Apa yang dialami orang Suriah dan Irak hari-hari ini, yaitu imigrasi, pembantaian oleh musuh-musuh kemanusiaan, adalah kejahatan tingkat genosida, genosida pada jiwa manusia dan peradaban yang telah ada di wilayah ini."
Dia juga mengkritik organisasi internasional yang bergerak di bidang hak asasi manusia yang hanya mengamati kejahatan ini dan tidak bereaksi dengan langkah yang tepat.
Dia mengatakan bahwa genodida tahun 1915 menyebabkan 500 ribu orang berbahasa Syriac kehilangan nyawa mereka sebagai martir iman. Dia menambahkan, "Genosida terjadi dengan dua alasan: pembersihan agama Kristen dari tempat lahirnya agama Kristen, dan orang-orang Syriac tidak pernah merasa tergabung ke etnis yang berbeda dari mereka, atau berbicara bahasa lain selain bahasa Syriac atau Arab. Dengan cara ini, mereka berdiri melawan kebijakan tentang hanya ada satu identitas Turki di wilayah Ottoman."
Sayfo berasal dari bahasa Syriac yang berarti 'pedang' dan mencerminkan cara yang mengerikan di mana orang-orang Syriac dihukum mati. Patriark Aphrem memberi contoh seorang ibu yang kaki dan tangan diamputasi dan dia dipaksa untuk memberi makan bayinya dan memegangnya dengan giginya.
Setelah ibadah, dinyalakan api di tempat peringatan seratus tahun itu, dan bunga mawar ditempatkan di depan api untuk mengenang korban genosida Syriac di Suriah, Irak dan Lebanon. Juga digelar pameran foto yang menyajika foto dokumentasu sebanyak 1.915 foto mengenai pembantaian itu.
Penyelenggara juga meluncurkan dibukanya situs online tentag genosida ini dengan alamat www.sayfosyriacgenocide.org
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...