Kristiani Mesir Percaya Yesus walau Terjadi Kekerasan
ASYUT, SATUHARAPAN.COM – Uskup Gereja Katolik Koptik Mesir, Kyrillos William, memberi komentar terhadap peristiwa bom bunuh diri yang terjadi 11 Desember 2016 di gereja Ortodoks, di Kairo, Mesir, yang mengakibatkan 26 orang meninggal dunia.
Seperti diberitakan Catholic News Agency, pada hari Rabu (4/1), yang mengutip wawancara William dengan organisasi kemanusiaan internasional Katolik, Aid to The Church In Need, dia mengemukakan saat ini terdapat secercah harapan bagi umat Kristiani di Mesir.
“Tentu saja ada duka yang mendalam. Namun, pada saat yang sama, kita melihat kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan Yesus melalui kekuatan yang besar. Hal yang sama dapat dikatakan terjadi kepada mereka yang terluka akibat terorisme, karena akibat serangan tersebut menghalangi umat untuk pergi ke kebaktian,” kata dia.
Dia mengatakan aksi bom bunuh diri tersebut mengakibatkan depresi dan ketakutan berkepanjangan bagi umat Kristiani di negara tersebut.
Saat ditanya tentang bagaimana reaksi kelompok non Kristen terhadap aksi terorisme di negara tersebut, dia mengatakan Mesir telah lama berjuang dan menggeluti solidaritas dan simpati.
“Negara bereaksi dengan membuka penyelidikan. Itu sangat berarti, terutama jika Anda membandingkan dengan kasus lain yang hampir serupa,” kata William.
Dia memberi contoh lain kasus serupa yang terjadi beberapa tahun lalu yakni serangan bom di kantor polisi di Alexandria satu tahun lalu, yang sampai kini belum ada kejelasan.
Dia mengatakan dalam sejumlah kasus, banyak orang yakin bahwa polisi dan negara membantu para pelaku.
“Itu tidak terjadi kali ini. Seorang presiden yang secara pribadi menghadiri upacara pemakaman dan menyalami tangan setiap anggota keluarga dan semua perwakilan gereja mengirimkan sinyal positif yang kuat kepada kami,” kata William.
William mengatakan dalam rangka memperkuat keamanan umat, saat ini Pemerintah Mesir direncanakan memberikan pelatihan bagi orang-orang gereja.
“Mereka (pemerintah) ingin melatih orang-orang kami, dengan tujuan kami selalu siap siaga,” kata dia.
“Pihak pemuda yang bertanggung jawab untuk keamanan pada hari raya, akan menerima pelatihan keamanan sipil. Detektor logam akan dipasang di depan katedral dan rumah tamu kami,” kata dia.
Dia mengemukakan selama bertahun-tahun sekarang, banyak prajurit yang ditempatkan di depan sejumlah gereja. Namun, masalahnya adalah bahwa mereka tidak dilengkapi persenjataan dengan sangat baik atau bukan sosok yang sangat terlatih.
“Saat ini kita membutuhkan metode yang lebih baik perlu ditemukan, seperti pasukan keamanan yang terlatih dengan baik dan lebih siap bekerja,” kata dia. (catholicnewsagency.com)
Editor : Sotyati
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...