Kronologi Penyerangan di Dialog Teologis Islam-Kristen Surabaya
SURABAYA, SATUHARAPAN.COM – Institute for Syriac Christian Studies (ISCS), pihak penyelenggara Dialog Teologis Islam-Kristen di Surabaya, yang diserbu kelompok intoleran mengeluarkan rilis terkait hal ini. Rilis ini panitia keluarkan karena adanya pemberitaan yang tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Demikian rilis ISCS yang diterima pada hari Kamis (13/6).
Dialog Teologis Islam-Kristen diselenggarakan ISCS semula direncanakan di Restoran Forum di Jalan Margorejo Surabaya, pada hari Selasa (11/6) pukul 18.00 WIB dengan mengambil tema “Varian-Varian Teks Asli Kitab Suci al Kitab dan al Quran”. Sebagai pembicara, Dr. Ulil Abshar Abdalla dari pihak Islam dengan sub tema “Keragaman Bacaan dalam al Quran”, dan dari Dr. Bambang Noorsena, SH., MA. dari pihak Kristen dengan sub tema “Textual Criticism: Sebuah Pengantar Dalam Kajian Varian-varian Teks Alkitab”.
Untuk penyelenggaraan acara itu, pihak panitia telah mengajukan surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Timur Resort Kota Besar Surabaya mengkeluarkan surat izin dengan Nomor: STTP/31/IV/2-13/Intelkam.
Berikut kronologi peristiwa yang terjadi:
1. Senin, 10 Juni 2013, sekitar pukul 11.00 WIB. Pihak Panitia membawa surat pemberitahuan tentang acara dialog teologis ke Kapolsek Wonocolo. Oleh beliau, diberi surat rekomendasi untuk diteruskan ke Polrestabes Surabaya, karena pembicara dari luar Surabaya, yaitu Ulil Abshar Abdalla.
Surat tanda terima pemberitahuan dari Polrestabes Surabaya Nomor STTP/31/VI/2013 yang mengijinkan menyelenggarakan dialog teologis, diterima sekitar pukul 16.00 WIB. Dialog Islam-Kristen di laksanakan di Restoran Forum pada hari Selasa, tanggal 11 Juni 2013, pukul 18.00 WIB.
2. Pada tanggal 11 Juni 2013, Pukul 11.40 WIB, Pihak Panitia dipanggil oleh pihak Kepolisian yang menyarankan agar acara dibatalkan, karena ada pihak-pihak yang khawatir bahwa acara tersebut akan ricuh karena tema yang diangkat, dianggap sensitif. Karena itu, Surat yang sudah dikeluarkan diminta kembali secara paksa pada jam 13.00 untuk dicabut oleh Kepolisian. Dan perintah pencabutan ini pun tidak secara tertulis dan dilakukan dengan sangat mendadak pada hari dimana acara akan berlangsung acara tersebut. Sehingga penyelenggara kesulitan mencari solusi terbaik selain membatalkan acara;
3. Mengingat tanggal 10 Juni 2013 sudah ada 400-an peserta yang dipungut biaya Rp 25 000 (dua puluh lima ribu Rupiah), sedangkan sangat tidak mungkin penyelenggara melakukan sosialisasi pembatalan pada peserta hanya dalam tempo dua atau tiga jam sebelum acara dimulai. Sedangkan aparat hanya mengintruksikan pembatalan dan tidak memberikan alternatif pilihan lain, agar semua bisa aman dan tidak ada pihak dirugikan.
4. Akhirnya pihak penyelenggara mengambil keputusan memindahkan lokasi acara dan melokalisir kegiatan ini untuk kalangan sendiri, di tempat biasa kami melakukan kegiatan diskusi rutin, yaitu di Gedung Keuskupan, Jl. W.R. Supratman No. 4, Surabaya, yang nota bene lokasi tersebut ada dalam wilayah keamanan Polsek Tegalsari, yang berbeda wilayah dengan lokasi awal kegiatan.
5. Karena pemindahan mendadak ini juga, maka kami pihak penyelenggara kegiatan tidak mungkin membuat surat pemberitahuan tertulis kepada pihak Polsek Tegalsari hanya dengan pemberitahuan lisan. Dan saat acara berlangsung pihak Polsek juga mengirimkan petugasnya untuk membantu mengamankan. Selain aparat/ pihak berwajib, kami juga dibantu teman-teman dari GP Anshor dengan bansernya;
6. Tema dialog kami ubah sedikit lebih netral yaitu “Pancasila dan Tantangannya bagi Bangsa”, dengan contoh-contoh kasus praktek intoleransi beragama, dan kedua pembicara menyinggung tema varian-varian teks Kitab Suci, meskipun tidak semendalam yang direncanakan sebelumnya.
7. Acara berlangsung tertib, semarak, penuh damai dan tidak ada gejolak apapun sepanjang acara berlangsung sampai berakhir;
8. Saat acara sudah selesai (bubar) baru kelompok intoleran itu merangsek masuk halaman sambil berteriak-teriak mencari penanggung jawab acara. Suasana damai yang sejak awal jadi ricuh dengan kehadiran mereka. Hingga akhirnya salah satu panitia, yaitu Ibu Susan harus pasang badan untuk meredam supaya tidak ada tindakan anarkis dari kelompok berjubah putih ini. Kemudian Ibu Susan dengan didampingi teman-teman mitra seperti (Gus Durian, LBH, CMARS, JAMAK, JAI, Anshor, Pagar Nusa) dibawa ke Polrestabes untuk diinterogasi hingga dini hari, yaitu pada Pukul 02.00 WIB;
9. Pihak Polda malam itu juga saat panitia lain masih membereskan berkas-berkas seminar dan membersihkan ruangan, datang dan meminta keterangan tentang penyelengaraan Dialog ini dan mencari penanggung jawab dari ISCS. Intelkam Polda menelpon Pak Bambang Noorsena yang memang pendiri ISCS sekaligus narasumber dari pihak Kristen malam itu selain Ulil Abshar Abdalla, untuk datang ke Polda besoknya (12 Juni 2013).
10. Rabu, 12 Juni 2013, Pukul 11.00 WIB, Bambang Noorsena, didampingi oleh Shafa Sekretaris Panitia datang ke gedung Intelkam Polda Jatim menemui Kasubdit intelkam untuk memenuhi undangan beliau dan memberikan kejelasan dari apa-apa yang disalahpahami oleh pihak-pihak yang tidak mengerti isi dari kegiatan Dialog Teologis Islam-Kristen.
Rilis ini ditandatangani Dr. Bambang Noorsena, S.H, M.A. sebagai Penanggung Jawab ISCS, dan Dra. Shafa Erna Hermawati sebagai Sekretaris Panitia. Rilis bertujuan agar tidak ada kesalahan dalam pemberitaan di media dan tidak ada pihak yang dirugikan.
Editor : Yan Chrisna
Wapres Lihat Bayi Bernama Gibran di Pengungsian Erupsi Lewot...
FLORES TIMUR, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengunjungi seorang b...