Kronologis Penangkapan Aktivis FRI West Papua
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Juru Bicara Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI West Papua), Surya Anta Ginting dan sejumlah aktivis lainnya ditahan polisi saat melakukan aksi unjuk rasa memperingati 'hari kemerdekaan' Papua 1 Desember, di kawasan Imam Bonjol, Jakarta, hari Kamis (1/12).
Veronica Koman, Pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, mengatakan, pada saat terjadi dorong-doronganan Surya terjatuh lalu ditarik oleh polisi untuk menjauhi kerumunan massa aksi unjuk rasa. Setelah lepas dari massa aksi, dia kemudian ditarik ke barisan polisi dan dipukuli menggunakan pentungan dua kali ke bagian kepala dan tubuh.
“Saya berusaha menunduk dan melindungi kepala saya dengan tangan. Polisi lalu memukul muka saya di mana-mana hingga luka-luka. Muka bagian hidung ditendang, perut dan badan saya juga ditendang,” kata Veronica Koman menceritakan kronologis yang disampaikan Surya Anta dalam pesan singkat, hari Kamis (1/12).
Surya Anta Ginting (Foto: Ist)
Setelah itu Surya diseret ke mobil tahanan. Saat akan dimasukkan ke mobil tahanan, Surya ditendang di bagian punggung. Veronica mengatakan, luka-luka yang dialami Surya antara lain benjol di kepala atas, benjol di kepala belakang, pelipis kanan memar, pelipis kiri memar, hidung luka robek.
Kemudian bagian rahang kanan dan kiri memar, lalu luka baret di punggung, leher, dan bagian badan depan juga diderita Surya akibat peristiwa itu.
Baca juga: Pemuda Papua Gelar Aksi Hari Kemerdekaan Papua
Veronica juga menceritakan kronologis yang disampaikan Markus Medlama, Koordinator Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Bandung.
Saat Markus sedang melerai kawannya yang pakai slayer (Bintang Kejora) diambil oleh aparat keamanan. Dia juga memegang badan Surya dan berusaha mempertahankannya agar tidak dibawa.
Salah seorang pengunjuk rasa yang terluka (Foto: Ist)
Saat Markus sedang menarik Surya, Pyan (kawannya yang lainnya) datang memegang badannya dan ikut menariknya.
“Saya dan Pyan lalu dipukul di bagian kepala dan ditendang di bagian badan. Lalu bagian muka ditendang. Lalu saya diseret sambil dipukuli dan dibawa ke mobil tahanan,” kata Markus dalam catatan kronologisnya yang disampaikan oleh Veronica.
Aktivis yang mengalami hal yang sama adalah Yohanes Damian/Galesh dari Gema Domokrasi. Yohanes menceritakan bahwa dia berada di luar massa aksi. Saat massa aksi dihentikan, ia bertanya pada Atika (salah satu PH) "kenapa berhenti?"
Atika menyampaikan bahwa jalanan di depan mau dibersihkan oleh aparat keamanan. Saat menunggu, tiba-tiba ada massa lain (menggunakan baju bebas) merebut headband (Bintang Kejora) dan ada yang memukul.
“Saya yang berada di antara massa aksi dan massa tersebut menyampaikan,’kasih saja bapa. kasih saja, jangan pukul’,” kata Yohanes.
Yohanes menceritakan, saat itu dia diseret oleh sekira lima orang dari massa yang tidak dikenal. Dia digebukin dan dipukuli di bagian muka, dagu, dan badan.
“Kepala saya diinjak lalu diseret oleh massa tidak dikenal tersebut ke arah mobil tahanan. Di dekat mobil tahanan saya diserahkan ke polisi yang berseragam lalu dipukul kembali,” kata Yohanes seperti disampaikan Veronica.
Selain Surya Anta, Ketua Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Jefry Wenda, bersama beberapa aktivis lainnya, ditangkap polisi. Mereka di antaranya: Anka Thomas, Jefri Wanda, Frans Nawipa, Iriantibus Murib, Frans Douw, Pyan Pagawak, Minus Gibian, dan puluhan lainnya.
Ratusan pemuda dari Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-West Papua) menggelar aksi damai memperingati Hari Kemerdekaan Papua di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat hari Kamis (1/12).
Mereka menuntut Pemerintah melaksanakan referendum Papua, karena dirasa masih terjadi penjajahan di Tanah Papua.
Tanggal 1 Desember dikenal sebagai Hari Ulang Tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM), dan dianggap sebagai hari kemerdekaan Papua.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...