KTT Iklim PBB: Dunia Menghadapi Cuaca Ekstrem
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Berbagai negara kemungkinan akan menghadapi hujan lebat dan banjir yang lebih parah jika tindak ada tindakan yang lebih cepat dalam mengatasi pemanasan global.
Hal itu diungkapkan Margareta Wahlstrom, Kepala Kantor PBB untuk Pengurangan Bencana (United Nations Disaster Reduction Office) pada Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang Iklim di markas besar PBB di New York, Senin (22/9).
Akhir pekan lalu, hujan lebat dan banjir menghancurkan sebagian wilayah Filipine, Prancis dan Italia dan kemungkinan merupakan indikasi lebih lanjut dari kondisi 'normal baru' bahwa dunia harus berurusan dengan situasi itu, kecuali ada tindakan mengurangi pemanasan global.
Wahlstrom meminta para kepala negara mengmabil tindakan nasional mitigasi dan adaptasi sebagai komitmen untuk pengurangan risiko bencana.
KTT Iklim PBB yang dihadiri 120 kepala negara pada hari Selasa (23/9) merupakan pertemuan terbesar para pemimpin perubahan iklim sampai saat ini, dan bertujuan memobilisasi tindakan dan komitmen dari Pemerintah dan pelaku masyarakat sipil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan berinvestasi lebih banyak untuk ketahanan terhadap perubahan iklim.
Dalam siaran persnya disebutkan bahwa daerah yang paling parah terkena banjir berada di Manila, Filipine, di mana setidaknya 200.000 orang dievakuasi setelah badai tropis Fung-Wong melanda kota itu.
Badai muncul setelah pekan lalu ibu kota Filipine itu dilanda Topan Kalmaegi yang telah menyebabkan delapan orang meninggal dan ribuan orang mengungsi. Ada kekhawatiran bahwa situasi di Manila dapat lebih buruk di masa yang akan datang.
Prancis dan Italia juga menghadapi hujan lebat dan banjir selama akhir pekan di Var, wilayah Provinsi Alpes-Côte d'Azur, Prancis tenggara, ketika sungai Argens meluap pesat. Beberapa daerah Var diguyur hujan antara 120 dan 160 mm Jumat lalu, dan sekitar 100 mm curah hujan terjadi di Nice, Prancis selatan.
Lapangan St Mark di Venesia juga mengalami banjir setelah hujan lebat di wilayah utara Italia. Tuscany juga menghadapi cuaca eskterm, dan Viareggio berada pada ketinggian di bawah 50 cm dari permukaan laut.
Kantor PBB itu juga mengatakan bahwa peristiwa terbaru menambah korban banjir di seluruh dunia. Awal bulan ini, Tiongkok, Pakistan, Sudan Selatan dan Uganda adalah di antara negara-negara yang dilanda banjir.
Banjir di Bentiu, Sudan Selatan berkontribusi memburuknya tingkat kekurangan gizi di antara 46.000 pengungsi, dan banyak di antara mereka yang tetap tunawisma. Di Pakistan, di mana banjir menimpa 2,3 juta orang, menyebabkan 312 kematian dan hilangnya 1,7 juta hectare ladang tanaman.
Pola cuaca ekstrim mungkin merupakan indikasi lebih lanjut dari kondisi "normal baru" jika tidak ada tindakan yang cepat untuk menjaga pemanasan global yang terjadi pada tingkat 2 derajat Celsius. (un.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...