KTT Iklim: Presiden Korsel Janji Kurangi GRK 30 Persen
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Presiden Korea Selatan (Korsel), Park Geun-hye mengatakan niatnya untuk berpartisipasi terhadap isu perubahan iklim global, dan telah membuat komitmen secara sukarela untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen dari tingkat biasanya mulai tahun depan, guna mendukung rezim iklim 2020, seperti dia sampaikan dalam pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB di markas besar PBB di New York, Selasa (23/9).
Park mengaku bahwa Seoul membuat keputusan tersebut sejak tahun 2009, meskipun tidak menjadi bagian dari negara yang wajib mengurangi emisi di bawah Protokol Kyoto 1997–kesepakatan internasional yang bertujuan mengurangi pemanasan global. Dia juga mengatakan Korsel akan bekerja keras untuk mengajukan rencananya.
KTT Iklim diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Ban Ki-moon, yang dimaksudkan untuk membangkitkan semangat masyarakat agar ikut berpartisipasi mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang menurut para ilmuwan merupakan penyebab pemanasan global.
Park berjanji mendukung Global Green Growth Institute (GGGI) dengan menjadi mitra untuk negara-negara berkembang dalam transisi mereka menuju ekonomi rendah karbon (ERK).
Park juga mengapresiasi pemilihan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai ketua baru Dewan GGGI itu pada 9 September lalu. GGGI secara resmi diluncurkan pada 2012 sebagai entitas internasional dalam menempatkan pertumbuhan hijau di jantung perencanaan ekonomi baik di negara berkembang maupun negara maju di seluruh dunia.
Park menyerukan masyarakat mau mengubah persepsi terhadap perubahan iklim, agar tidak lagi dilihat sebagai beban melainkan peluang. “Nantinya kita akan membuka kesempatan investasi industri yang menggunakan energi terbarukan dan pekerjaan yang menyesuaikan dengan mesin-mesin baru tersebut,” kata Park dalam pidatonya.
Park meyakinkan bahwa Korsel akan mulai menerapkan kebijakan emisi nasional dalam perdagangan mulai tahun depan, guna mendorong perusahaan untuk meminimalisasi emisi gas rumah kaca.
Berdasarkan program tersebut, perusahaan-perusahaan di Korsel yang telah mengurangi dapat menjual hak emisi yang tersisa, sementara mereka yang gagal memenuhi batas emisi dapat membeli hak tersebut yang akan memungkinkan mereka untuk menghindari membayar denda yang sangat mahal.
Park juga mengimbau semua negara untuk bergabung dalam upaya memerangi perubahan iklim, meskipun ia mengakui bahwa pengurangan gas karbondioksida (salah satu GRK) dapat menjadi beban bagi negara-negara berkembang.
“Semua negara harus melakukan bagian mereka jika kita berniat menekan pemanasan global sampai dua derajat pada akhir abad ini. Perubahan iklim adalah nyata, dan waktu untuk bertindak adalah sekarang,” tegas Park.
Dalam sesi yang berbeda, ia pun berjanji untuk memberikan kontribusi hingga USD 100 juta (Rp 1,2 triliun) kepada PBB, dalam rangka pengumpulan dana menekan pemanasan global.
Park mengatakan kontribusi tersebut termasuk USD 50 juta yang dibayarkan Korsel kepada Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund/GCF)–sebuah badan PBB yang sekretariatnya berada di Songdo, sebelah barat Seoul, telah bekerja sejak tahun lalu.
“Modal awal GCF sangat penting untuk peluncuran rezim iklim baru tahun depan,” kata Park. (koreaherald.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...