KTT ISIS Digelar di Paris Bulan Depan
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Prancis akan menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi dari masyarakat internasional dalam memerangi ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS bulan depan di Paris.
Hal ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius di ibukota Prancis pada hari Rabu (20/5).
"Bersama dengan (Menteri Luar Negeri AS) John Kerry dan (Perdana Menteri Irak Haider) al-Abadi, saya akan menyambut di Paris pada tanggal 2 Juni anggota koalisi internasional untuk berbicara tentang Irak," dia.
Tema "utama" dari pertemuan tersebut adalah tentang krisis di Irak meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa Suriah juga akan dibahas.
"Kita harus menilai bagaimana koalisi ingin melanjutkan langkah. Dan Perdana Menteri Irak akan memberitahu kita bagaimana situasinya di lapangan," kata Fabius.
Sekitar 24 menteri - termasuk Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier - akan melakukan perjalanan ke Paris menghadiri pertemuan ini bersama dengan perwakilan dari organisasi internasional lainnya.
Pengumuman akan adanya konferensi ini datang menyusul serbuan pejuang ISIS ke kota bersejarah Palmyra.
Dan di Irak, tentara negara serta pasukan paramiliter telah berkumpul di sekitar Ramadi, yang bertujuan untuk merebut kembali kota strategis itu dari ISIS sebelum membangun pertahanannya.
Berita pertemuan tersebut juga muncul beberapa jam setelah seorang pejabat di Washington mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang meninjau secara keras strateginya di Irak dan akan mengirim 1.000 sistem rudal anti-tanknya ke Irak.
Sistem rudal itu, menurut sumber, dimaksudkan untuk membantu pasukan keamanan menaklukkan bom mobil bunuh diri di Irak yang telah membantu jihadis merebut kota selama akhir pekan setelah pertempuran 18 bulan.
Masyarakat internasional juga meningkatkan upaya diplomatik di kawasan itu. Utusan PBB Staffan de Mistura telah mengadakan pembicaraan awal bulan ini dengan berbagai pihak yang terlibat dalam konflik Suriah, termasuk dengan utusan pemerintah Suriah untuk Jenewa.
Namun, pembicaraan yang mengalami kemunduran karena oposisi kunci dalam Koalisi Nasional SUriah menolak untuk ambil bagian, dan menganggap negosiasi tidak penting.
Pada bulan September, sebuah pertemuan puncak di Paris diadakan untuk menyelaraskan strategi bersama untuk memerangi ISIS.
Negara-negara itu berkumpul untuk membahas peran masing-masing dalam koalisi dalam menaklukkan ISIS.
Lebih dari 60 negara akhirnya bergabung dengan koalisi, dan belasan negara turut ambil bagian dalam serangan udara.
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...