Kualitas Data Studi Hydroxychloroquine Diragukan
SATUHARAPAN.COM-Tiga dari penulis artikel berpengaruh yang menyebutkan hydroxychloroquine meningkatkan risiko kematian pada pasien COVID-19, menarik kembali penelitiannya pada hari Kamis (4/6), mengutip kekhawatiran tentang kualitas data di baliknya.
Obat anti malaria telah menjadi kontroversial, sebagian karena dukungan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, serta implikasi dari penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Inggris The Lancet bulan lalu.
Penulis studi itu mengatakan Surgisphere, perusahaan yang menyediakan data, tidak akan mentransfer dataset lengkap untuk tinjauan independen dan bahwa mereka "tidak dapat lagi menjamin kebenaran sumber data primer." Namun Surgisphere tidak segera dapat dihubungi untuk diminta komentar.
The Lancet dalam sebuah pernyataan mengatakan "ada banyak pertanyaan luar biasa tentang Surgisphere dan data yang diduga termasuk dalam penelitian ini."
Insiden terbaru itu terjadi ketika sekelompok dokter di AS yang konservatif telah menuntut badan pengawas obat dan makanan AS (Food and Drug Administration / FDA) karena membatasi penggunaan obat malaria hydroxychloroquine untuk COVID-19, dengan alasan bahwa terapi tersebut harus tersedia secara luas untuk memerangi pandemi.
Gugatan tersebut mewakili front terbaru dalam debat di AS yang sangat dipolitisasi atas akses ke hydroxychloroquine. Obat ini telah diperjuangkan oleh Presiden Donald Trump sebagai "game-changer" potensial terhadap virus corona, tetapi nilainya belum ditentukan. Sebuah uji klinis yang dirilis pada hari Rabu (3/6) menemukan itu tidak efektif dalam mencegah infeksi. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...