Kualitas Pelatih Indonesia Harus Terus Dikembangkan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), Suwarno mengatakan kualitas pelatih di Indonesia harus terus ditingkatkan agar membentuk atlet berprestasi.
“Indonesia harus mempunyai pelatih-pelatih yang bagus agar berdampak pada pematangan persiapan atlet. Dan yang terakhir adalah mengenai anggaran, sejauh ini sudah ada APBNP yang bisa menambah anggaran untuk olahraga," kata Suwarno pada Diskusi Kamisan (Kumis) yang diadakan di Media Center Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Jakarta, Kamis (15/1).
Suwarno beralasan demikian karena banyak atlet yang sudah maksimal mengikuti sebuah event, namun minim pembinaan. Mengenai kelembagaan, Suwarno menyebut yang perlu dilihat apakah lembaga tersebut dapat menjalankan tugas secara efisien. Sementara sarana dan prasarana bisa dilihat, karena menurut Suwarno pada 2013 sarana di Indonesia bermasalah dan berantakan, itu menimbulkan imbas pada tahun 2014 yang gagal memberikan fasilitas-fasilitas kepada atlet.
"Dalam pembinaan ini seharusnya para atlet dibina agar persiapannya matang sewaktu mengikuti event. Begitu juga dengan kompetisi yang berkualitas ditambah dengan pembinaan pelaku olahraga,” Suwarno menambahkan.
Dalam kesempatan yang sama Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora Djoko Pekik Irianto mewakili pemerintah hadir sebagai nara sumber bersama Ketua Satlak Prima Suwarno, dan pengamat olahraga Fritz Simanjuntak.
Pada diskusi tersebut, Djoko Pekik memaparkan masalah minimnya jumlah pelatih yang saat ini menjadi salah satu permasalahan untuk olahraga di Indonesia. “Kalau hanya 11 persen, ini sangat miris sekali. Kalau ingin meraih hasil maksimal, kita harus meningkatkan jumlah pelatih yang berkompeten untuk menangani atlet di ajang internasonal," kata Djoko.
Ketua Satlak Prima Suwarno menyoroti mekanisme penanganan atlet elit nasional. Menurutnya untuk mendapatkan olahraga prestasi, ada tujuh komponen yang harus dipenuhi yaitu: kebijakan, kelembagaan, sarana dan prasarana, pembinaan, kompetisi, pembinaan pelaku olahraga dan yang terakhir mengenai anggaran.
"Kebijakannya selama ini sudah benar namun pada implementasinya masih belum pas dan masih bersifat Ad Hoc,” Suwarno menambahkan.
Sementara pengamat olahraga Fritz Simanjuntak menilai pemerintah sudah cukup banyak menggelontorkan dana dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya namun prestasinya diragukan seperti yang terjadi di Olimpiade London lalu. "Indonesia sama sekali tidak memperoleh medali emas. Beliau juga menilai kalau fasilitas olahraga yang ada di Indonesia juga mendukung prestasi para atlet, namun di Indonesia sekarang masih saja bertahan dengan kondisi sport center yang usianya sudah mencapai 60 tahun, hal itu juga menimbulkan pernyataan kalau Indonesia tidak memiliki event olahraga yang bisa dijual," kata Fritz.
Pada kesempatan berbeda, Rabu (14/1) Menpora, Imam Nahrawi didampingi Seskemenpora (Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga) Alfitra Salamm, Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Djoko Pekik Irianto bersama dengan Ketua KONI Pusat Tono Suratman, Ketua Satlak PRIMA Suwarno melakukan rapat koordinasi untuk membahas persiapan Indonesia di SEA Games 2015 Singapura, Olimpiade 2016 Rio De Jeneiro dan Asian Games 2018 di Ruang Rapat Lantai 10 Kemenpora, Jakarta.
Kasatlak PRIMA Suwarno memberikan pemaparan detailnya terkait SEA Games 2015 Singapura, menurutnya SEAG Singapura, Indonesia akan mengikuti 34 cabang olahraga. Suwarno merasa pesimistis target juara umum Indonesia pada SEA Games 2015 di Singapura akan tercapai melihat modal dasar hitungan Prima yang belum mencukupi menjadi juara umum. “Perbaikan peringkat dari peringkat empat menjadi peringkat tiga saya rasa lebih aman apalagi kita dihadapkan dengan Thailand yang kuat dan Singapura sebagai tuan rumahnya,” kata Suwarno.
Lebih lanjut Suwarno mengatakan, Satlak Prima siap melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya mendukung pencapaian prestasi maksimal pada SEA Games 2015 di Singapura demi martabat, kehormatan dan harkat bangsa di forum internasional.
Mendengar pemaparan itu Menpora berharap, apa yang telah dipaparkan akan menjadi perhatian bersama, terus menerus dievaluasi terlebih terkait dengan model keuangan agar ditindak lanjuti lebih jauh tentang penggantian biaya, asuransi atlet dan lainnya sebagai dasar akan di adakannya dana abadi untuk kesejahteraan atlet di masa yang akan datang.
“Terkait sport science kita punya RSON dan PPITKON yang dimiliki Kemenpora sesegera mungkin dimanfaatkan Satlak Prima jangan lagi bekerjasama dengan pihak rumah sakit yang lain, ke depan akan dibuat Permen tentang RSON Cibubur untuk dijadikan pusat rehabilitasi sekaligus pelatihan,” pesan Menpora.
Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga diharapkan Menpora untuk terus mendalami satu-persatu agar hambatan yang muncul tidak menghambat percepatan dan terobosan Kemenpora dan stakeholder, tanggal 21 Januari 2015 mendatang Kemenpora akan memulai Raker (Rapat Kerja) dengan DPR untuk membicarakan update perubahan terkait SEA Games 2015 Singapura, Olimpiade 2016 Rio De Jeneiro dan Asian Games 2018. (kemenpora.go.id).
Editor : Eben Ezer Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...