Kuliah, Kerja, Kawin
SATUHARAPAN.COM – Beberapa waktu lalu, salah satu kampus di Medan mengadakan acara penyambutan mahasiswa baru. Salah satu sesi di acara tersebut bertema ”Merajut Mimpi, Mengejar Asa.”
Dalam sesi ini, seorang mahasiswa baru memperkenalkan dirinya. ”Halo semua. Perkenalkan nama saya HORAS. Saya anak kedua dari empat bersaudara. Kedua orang tua saya adalah petani. Di kampung saya adalah orang kedua yang menginjakkan kaki di Medan untuk kuliah. Sejak berangkat dari kampung, saya sudah memimpikan banyak hal. Selama di Medan, saya akan kuliah dengan baik. Selama kuliah, saya harus sudah membaca minimal 500 buku. Pada tahun keempat, Bapak, Mamak, Adik, Abang, Kakek, Nenek, Paman, Bibi akan datang ke Medan untuk berfoto bersama di papan bunga acara wisudaku. Foto itu akan dipajang di rumah melambangkan kebanggaan orang tua di kampung kami,” jelasnya.
Tak hanya itu, dia melanjutkan, ”Setelah tamat, saya akan mencari pekerjaan. Selama bekerja, saya akan mengirim uang ke kampung serta biaya sekolah adik-adik akan saya tanggung. Setelah lima tahun bekerja, saya akan mencari pendamping hidup dan menikahinya di kampung. Tentu saja, semua penduduk kampung akan makan bersama di acara resepsi pernikahan tersebut. Saya akan memiliki dua orang anak. Dengan demikian, saya menjadi kebanggaan.”
Saya tertegun mendengarnya dan menyadari bahwa inilah orientasi kebanyakan orang. Mugkin kita pun juga demikian. Hidup hanya sebatas kuliah, kerja, kawin. Kita merencanakan dan menjalani hidup sebatas tentang kita dan untuk kita. Kita lupa bahwa kita diciptakan untuk maksud yang besar dan tak sebatas kuliah, kerja, kawin. Hidup bukan hanya tentang kita atau untuk kita; melainkan tentang dan untuk Allah, Sang Pencipta.
editor: ymindrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...