Kumis Kucing Peluruh Batu Ginjal
SATUHARAPAN.COM – Siapa yang tidak kenal dengan tanaman obat kumis kucing. Tanaman kumis kucing yang bernama Latin Orthosiphon aristatus dari famili Lamicaeae/Labiata), memiliki bunga berwarna putih ini selain untuk ramuan obat juga sangat indah dijadikan sebagai tanaman hias.
Kumis kucing merupakan tanaman obat tradisional yang telah dimanfaatkan masyarakat Asia sejak zaman dulu. Daun ini dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati penyakit yang berkenaan dengan ginjal. Di luar negeri ramuan daun ini sering juga disebut Indian Kidney Tea atau Java Tea.
Dalam pengobatan tradisional, daun ini sering dipakai untuk peluruh batu ginjal. Cara kerjanya sebagai diuretik, mencuci atau membersihkan saluran kencing. Selain itu, zat aktif yang terdapat di dalamnya juga bisa menyembuhkan peradangan yang terdapat pada ginjal, kandung kemih, dan saluran kencing.
Berdasarkan penelitian Agus Tri Cahyono, Fakultas Farmasi UGM pada tahun 1990, diketahui bahwa pengaruh infus daun kumis kucing, terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro 0,5 persen, 7,5 persen dan 10 persen, dinyatakan bahwa kadar kalsium batu ginjal yang terlarut adalah lebih baik.
Ninuk Kus Dasa Asiafri Harini, Jurusan Biologi FMIPA Unair pada tahun 1989, membandingkan efek diuretik daun kumis kucing muda dan tua. Hasil penelitiannya menyebutkan untuk efek diuretik disarankan menggunakan daun kumis kucing muda, karena mempunyai awal kerja yang cepat dan masa kerja yang relatif singkat.
Muangmun W, dari universitas Mahidol Bangkok, pada tahun 1984 melakukan penelitian terhadap 23 pasien penderita batu kandung kemih yang diberi ekstrak air daun kumis kucing. Hasilnya, 40 persen pasien mengalami penurunan ukuran batu kandung kemih sebesar 0,5 cm dan 20 persen dan merasakan hilangnya rasa sakit.
Pemerian Botani Tanaman Kumis Kucing
Kumis kucing menurut Wikipedia, termasuk terna tegak, yang pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat, agak beralur, berbulu pendek, atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat, yang dimulai dari pangkalnya, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak.
Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat, dan pangkal berbulu pendek dan jarang, sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal, yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna cokelat gelap.
Tanaman yang memiliki bunga berwarna putih ini dan memiliki nama Latin Orthosiphon aristatus. Dikutip dari medicalhealthguide.com, tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah, seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur), songot koneng (Madura), kumis ucing ( Sunda ), balbas-pusa, kabling-parang (Filipina), yaa-nuat-maeo (Thailand), mao xu cao (Tiongkok).
Tanaman kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Kumis kucing atau balbas pusa adalah tanaman herba tahunan tropis asli Asia Tenggara, yang banyak ditemukan di Tiongkok, Taiwan, Filipina, Thailand dan bahkan di Australia.
Khasiat Herbal Tanaman Kumis Kucing
Daun kumis kucing, dikutip dari medicalhealthguide.com, mengandung beberapa zat aktif yang berkhasiat sebagai obat. Di antaranya adalah rosmarinic acid, lipophilic flavonoids, sinensetin, orthosiphol dan orthosiphon. Zat-zat tersebut memiliki peran sebagai antiradang dan antioksidan.
Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai menanggulangi berbagai penyakit. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk, encok, masuk angin, dan sembelit.
Di samping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, penyakit sifilis, reumatik, dan menurunkan kadar glukosa darah. Selain bersifat diuretik, kumis kucing juga digunakan sebagai antibakteri.
Adapun zat glikosida orthosiphonin yang terkandung di dalam daun kumis kucing mampu melarutkan fosfor, asam urat dan oksalat yang ada pada tubuh kita, terutama yang terdapat di empedu dan kandung kemih. Sehingga daun kumis kucing ini mampu menghancurkan kencing batu, menyembuhkan infeksi radang kandung kemih, melancarkan keluarnya air seni.
Tim peneliti Sekolah Farmasi dan Sains Universitas Sains Malaysia, meneliti efek antioksidan dan hepatoprotektor dari daun kumis kucing. Dalam sebuah studi klinis pada tikus menggunakan ekstrak metanol/air telah menunjukkan bahwa daun kumis kucing daspat menghambat peroksidasi lipid dan juga menghambat aktivitas radikal bebas ke dalam hati tikus.
Tim peneliti Departemen Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand, meneliti pengaruh ekstrak air daun kumis kucing pada tikus yang diinduksi diabetes dan normal. Hasilnya menunjukkan secara signifikan menurunkan konsentrasi glukosa plasma pada tikus normal dan diabetes.
Sedangkan, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Khon Kaen, Thailand, meneliti teh herbal dari daun kumis kucing. Teh herbal kumis kucing memiliki khasiat penurunan yang signifikan dari batu ginjal dan ada indikasi kuat bahwa gejala yang berkaitan dengan masalah ginjal telah sangat meningkat.
Tim Fakultas Farmasi Universitas Hiroshima, Jepang, meneliti substansi antihipertensi dalam daun kumis kucing.
Victoria Cyntia Yogya Astuti dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, meneliti pengaruh pemberian ekstrak daun kumis kucing terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus wistar yang diinduksi aloksan. Hasilnya menunjukkan ekstrak daun kumis kucing, dosis 0,75 dan 1,25 g/kgBB memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah lebih baik dari aquades, namun hanya dosis 1,25 g/kgBB yang memiliki efektivitas sebanding dengan metformin apabila diberikan selama 28 hari.
Tim peneliti dari fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah ProfDr Hamka (Uhamka) Jakarta, meneliti pemanfaatan daun kumis sebagai antiglaukoma. Hasilnya menunjukkan pemberian ekstrak etanol daun kumis kucing dapat menurunkan tekanan bola mata tikus glaukoma dengan dosis optimum sebesar 36 mg/200 gBB.
Sigit Prayoga Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, meneliti efek antiinflamasi ekstrak etanol daun kumis kucing pada tikus putih jantan galur wistar. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kumis kucing mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur wistar.
Sementara itu tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, meneliti uji daya anthelmintik ekstrak etanol daun kumis kucing, sebagai anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro.
Askariasis merupakan salah satu infeksi cacing terbanyak di Indonesia yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides, yaitu nematoda patogen pada usus halus yang dapat menyebabkan malnutrisi, gangguan pertumbuhan, gangguan kognitif, dan obstruksi saluran pencernaan. Dengan adanya efek samping dan harga yang mahal pada obat anthelmintik konvensional, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap tanaman obat sebagai alternatif obat anthelmintik.
Kesimpulan yang diambil dari penelitian itu adalah ekstrak etanol daun kumis kucing memiliki daya anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro dengan konsentrasi ekstrak etanol daun kumis kucing yang diperlukan untuk membunuh Ascaris suum (LC100) selama 24 jam adalah 39,2 persen. Waktu yang diperlukan ekstrak etanol daun kumis kucing 40 persen untuk membunuh seluruh Ascaris suum (LT100) adalah 13.14 jam.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...