Kunjungan FIFA di Hongkong Disambut Demonstrasi
HONGKONG, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah demonstran menggelar aksi unjuk rasa kehadiran tim FIFA yang dipimpin Sepp Blatter di Hongkong pada Kamis (24/4) malam. Demo berlangsung saat pria asal Swiss itu sedang menjadi tamu Asosiasi Sepak Bola Hong Kong dalam acara peresmian kantor baru.
Para demonstran yang sebagian besar pemerhati sepak bola Hongkong prihatin dengan penderitaan buruh migran yang sedang mengerjakan proyek stadion Piala Dunia.
Sejumlah tragedi kecelakaan yang menewaskan para buruh bangunan konstruksi stadion terjadi sepanjang 2012 hingga 2014. Menurut laporan Konfederasi Serikat Pekerja Internasional melaporkan setidaknya 1.200 pekerja tewas pada proyek bangunan di Qatar yang mempersiapkan diri untuk Piala Dunia 2022, dan renovasi beberapa stadion untuk Piala Dunia 2014 di Brasil.
Blatter mengatakan FIFA tidak mau terlibat dengan isu tersebut. Ia beralasan itu merupakan wewenang Pemerintah Qatar. "Mereka memiliki masalah dan kami tahu akan itu," kata Blatter.
Sejumlah Kecelakaan Saat Pembangunan Atau Renovasi Stadion
Pada Minggu (30/3) dini hari WIB Daily Mail pernah mewartakan Fabio Hamilton da Cruz, pekerja di Stadion Itaquerao, Brasil, tewas setelah terjatuh dari ketinggian 15 meter. Ketika itu Cruz tewas terjatuh tatkala sedang memasang bangku untuk penonton perhelatan Piala Dunia.
“Dia tewas sebelum menjalani perawatan karena cedera serius di kepala,” ujar salah seorang staf Rumah Sakit Santa Marcelina, Itequerao, Brasil. Menteri Olahraga Brasil, Aldo Rebelo, berduka cita atas insiden itu.
Kritik Gerd Muller
Reaksi para demonstran di Hongkong sejalan dengan pernyataan Menteri Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi Jerman, Gerd Muller yang menyatakan pada Rabu (23/4) mengecam FIFA terkait penunjukan Qatar sebagai lokasi Piala Dunia 2022.
Muller mengatakan bahwa FIFA melakukan pelanggaran hak asasi manusia menyangkut tewasnya para pekerja konstruksi stadion-stadion di Qatar mencapai tingkat perbudakan.
“Saya rasa akan ada ancaman pada iklim global, apabila setiap stadion dibangun di tengah gurun pasir (di Qatar –red) dan kemudian harus diaklimatisasi dengan anggaran belanja energi yang tinggi,” kata Muller.
Qatar menyiapkan sejumlah anggaran yang rencananya akan digunakan membeli alat pendingin udara yang akan digunakan di setiap stadion dalam rangka mensukseskan Piala Dunia 2022 di salah satu negara Timur Tengah tersebut.
“Kalau FIFA cerdas, keputusan ini akan dicabut,” lanjut Muller.
Sebuah investigasi yang dilakukan oleh Mirror menjabarkan bahwa Qatar melakukan ekspolitasi tenaga kerja kepada para pekerja stadion Piala Dunia 2022. Temuan paling riil yakni Qatar menetapkan upah sangat kecil yakni Rp.4000 (0,24 sen poundsterling ) per jam bagi buruh konstruksi stadion dan tidak menyediakan makanan dan minuman yang sesuai standar kesehatan.
Lebih lanjut, investigasi Mirror menjabarkan Qatar dituduh telah membunuh 1.200 pekerja sejak mereka ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2010 silam.
Muller mengkritisi Brasil menghabiskan miliaran untuk stadion sepakbola ketimbang proyek-proyek sosial yang vital bagi warga, tambahnya.
“Sudah tidak tren lagi untuk menggelar Piala Dunia yang melebihi kepentingan warga dan menyepelekan standar sosial serta ekologis,” kata Muller. (utsandiego.com/dailymail.co.uk/mirror.co.uk/dw.de).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...