Kunjungan Maria
”Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk. 1:43).
SATUHARAPAN.COM – Perjumpaan Maria dan Elisabet merupakan kisah Adven versi khas Lukas. Sebagai penulis, Lukas meyakini bahwa nubuat Mikha—”Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel…” (Mi. 5:1)—mulai digenapi dalam diri Maria.
Kita tak pernah tahu persis alasan di balik kunjungan itu. Kita hanya bisa menduga-duga. Maria agaknya ingin memastikan perkataan Gabriel tentang sanaknya Elisabet yang tengah mengandung pada usia lanjut. Mungkin juga Maria ingin menguatkan Elisabet. Bisa juga Maria hendak menghindari gosip berkait dengan kandungannya yang mulai berisi. Tentu, semua itu hanya dugaan. Alasan pastinya hanya Maria yang tahu.
Meski demikian, kehadiran Maria membawa penghiburan tersendiri bagi Elisabet. Istri Zakharia itu berseru, ”Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk. 1:43). Elisabet merasa dihargai.
Akan tetapi, Perkataan Elisabet itu kemungkinan besar juga menguatkan Maria. Bukankah mereka tak pernah kontak sebelumnya? Maria, sebagaimana perangainya yang suka menyimpan perkara dalam hati, tidak pernah gembar-gembor perihal kedatangan Gabriel. Tetapi, Elisabet dengan jelas mengatakan bahwa Maria adalah Bunda Tuhan.
Jelaslah, kedua perempuan itu saling menghibur. Seandainya tidak berkunjung ke rumah Elisabet, Maria pun tidak akan pernah mendapatkan penghiburan semacam itu. Tampaknya, Maria pulang ke Nazaret sebagai orang yang telah dikuatkan. Maria telah diteguhkan!
Perkataan Elisabet bisa menjadi modal berharga bagi Maria dalam menghadapi desas-desus berkenaan dengan bayi yang dikandungnya. Juga dalam menghadapi Yusuf, tunangannya. Dan semua itu terjadi saat Maria mengunjungi Elisabet.
Dalam kisah kunjungan Maria nyatalah: kala berbagi, kita menerima. Seseorang mungkin kehilangan sesuatu saat berbagi, tetapi bisa jadi dia akan menerima lebih dari yang dibayangkan. Baik Maria dan Elisabet saling meneguhkan!
Dan itulah yang ditekankan penulis Kitab Ibrani: ”Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (Ibr. 10:24). Ya, kedua perempuan itu saling memperhatikan.
Bagaimana dengan kita?
Editor : Yoel M Indrasmoro
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...