Kunjungan Xi Jinping Eratkan Hubungan RRT-Vietnam
HANOI, SATUHARAPAN.COM – Bui Hong Phuc, Wakil Presiden Asosiasi Persahabatan Vietnam-Tiongkok, mengatakan bahwa kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Vietnam sepekan yang lalu meningkatkan beberapa kebijakan penting di bidang perdagangan.
“Kunjungan Xi akan meningkatkan kebijakan penting dan orientasi dalam kerja sama praktis dalam bidang ekonomi dan perdagangan,” kata Bui Hong Phuc, seperti diberitakan Xinhua, Selasa (10/11).
“Kerja sama kedua pemimpin akan mempercepat pelaksanaan transportasi dan infrastruktur projek, projek hi-tech dan seterusnya,” kata Phuc.
Beberapa waktu lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan kepada Presiden Vietnam, Truong Tan Sang bahwa Tiongkok akan memperluas investasi dan kerja sama keuangan dengan Vietnam.
Xi menambahkan Tiongkok siap untuk bekerja sama mengembangkan perdagangan dua arah secara seimbang dan berkelanjutan dengan Vietnam.
“Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Vietnam selama 11 tahun berturut-turut, sementara Vietnam adalah mitra dagang terbesar kedua Tiongkok di ASEAN,” kata Phuc.
Phuc menganggap kedua negara telah maksimal dan akan memantapkan kerja sama praktis, karena Tiongkok tidak hanya menjadi investor besar untuk perdagangan di Vietnam namun investor asing terbesar Tiongkok selama dua tahun berturut-turut.
Dalam kunjungan ke Vietnam ada beberapa sektor perdagangan yang disoroti antara pemerintah Tiongkok dan Vietnam, yakni pembaharuan traktat tujuh tahun perjanjian perdagangan bebas mereka (FTA) dan pembaharuan traktat projek ketiga pemerintah-ke-pemerintah (G-to-G).
Tanggapan positif kunjungan Xi Jinping ke beberapa negara ASEAN datang dari beberapa pihak yang cukup berpengaruh, Koh Chin Yee, CEO dari longus Research Institute di Singapura mengatakan perkembangan projek antar pemerintah (Singapura dan Tiongkok) menekankan keterkaitan dalam sektor infrastruktur, dan akses perekonomian jasa yang lebih modern.
“Kunjungan Xi Jinping tidak hanya mewakili tren terbaru dalam pengembangan industri di Tiongkok, tetapi juga kandungan utama dari Belt dan Jalan Initiative,” kata Chin Yee.
Yee menganggap kunjungan Xi ke Vietnam akan mendorong pengembangan kemitraan kerja sama strategis yang komprehensif Tiongkok-Vietnam. Sementara itu, antara Tiongkok dan Singapura sepakat untuk membangun kemitraan kerja sama untuk hubungan bilateral.
Kemudian Profesor dari Lee Kuan Yew School of Public Policy di Universitas Nasional Singapura, Gu Qingyang mengatakan dengan cara projek kerja sama skala seperti itu, Tiongkok dan Singapura telah menempatkan kerja sama bilateral mereka dalam kerangka yang lebih besar seperti Singapura yang untuk memiliki kesempatan untuk berinvestasi dalam projek investasi infrastruktur di Tiongkok Tengah dan Barat.
Nguyen Hoang Anh, dekan Fakultas Linguistik Dan Budaya Tiongkok di Hanoi National University menyebut kunjungan Xi adalah langkah mempromosikan rasa saling percaya antara kedua pihak dengan platform sesama mantan negara berideologi komunis.
“Pemimpin Vietnam dan Tiongkok melakukan upaya untuk memecahkan masalah yang tersisa dalam hubungan bilateral atas dasar saling kesetaraan,” kata Nguyen.
Kunjungan Xi ke Vietnam
Xi Jinping melakukan kunjungan kerja ke Vietnam pada Kamis (5/11) dan Jumat (6/11), pada Sabtu (7/11) Xi Jinping melakukan pertemuan bersejarah dengan Presiden Taiwan Ma Ying Jeou. Selama di Vietnam, Xi Jinping melakukan pembicaraan tentang hubungan bilateral dan politik antara Vietnam dan Tiongkok.
Kunjungan Xi Jinping di Vietnam bukannya tanpa halangan karena Aktivis anti-Tiongkok di Hanoi, Vietnam melakukan protes di jantung ibu kota Hanoi dan Ho Chi Minh.
“Kami memprotes Kunjungan Xi Jinping,” bunyi salah satu spanduk yang terpampang oleh beberapa demonstran pada hari Selasa (3/11) saat mereka berjalan melalui pusat kota Hanoi, Vietnam seperti diberitakan Channel News Asia.
Menurut Channel News Asia, para demonstran melakukan unjuk rasa namun tidak ditangkap kepolisian, padahal jumlah kepolisian lebih sedikit dari jumlah demonstran. Unjuk rasa jarang terjadi di Vietnam yang memegang rezim otoriter, namun kini semakin ditoleransi karena pemerintahan yang berkuasa semakin menunjukkan perbedaan pendapat terhadap sekutu utamanya, Tiongkok.
Para aktivis memprotes kedatangan Xi Jinping sebab Tiongkok berulang kali di pemberitaan media internasional selalu membuat keonaran di Laut China Selatan. (xinhuanet.com/channelnewsasia.com).
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
PM Lebanon Minta Iran Bantu Amankan Gencatan Senjata Perang ...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri sementara Lebanon pada hari Jumat (15/11) meminta Iran untuk...