Kunjungan Xi Jinping ke AS Bantu Tingkatkan Hubungan Bilateral
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Banyak pakar politik hubungan Internasional di Tiongkok menyebut kunjungan kenegaraan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke AS pada 24 September mendatang dapat membantu menghilangkan keraguan dalam hubungan bilateral kedua negara.
"Saat ini ada kecemasan yang dialami Tiongkok, karena saat ini diperlukan pertemuan dengan intensitas tinggi antara pembuat kebijakan di AS dan Tiongkok," kata direktur Pusat Studi Amerika di Tiongkok Fudan University di Shanghai, Wu Xinbo, hari Kamis (10/9) seperti diberitakan Xinhua.
Wu menyebut saat ini pembicaraan damai meningkat antara Washington dan Beijing. Xi Jinping membicarakan tentang hubungan dalam ekonomi dan keamanan wilayah dengan Susan Rice, penasihat keamanan nasional AS, di Beijing, pada Rabu (9/9).
Kedua negara menyepakati komitmen Tiongkok untuk membangun sebuah model baru hubungan dengan AS. Kedua negara menyepakati menghindari konflik dan tidak ada konfrontasi, saling menghormati, dan kerjasama menang-menang.
Berbicara tentang kecemasan Tiongkok, Wu mengatakan saat ini muncul kecemasan dari perubahan perbandingan kekuatan nasional kedua negara.
Pada tahun 1979 ketika Tiongkok dan Amerika Serikat menjalin hubungan diplomatik, Tiongkok masih termasuk dalam negara miskin di dunia namun saat ini, Tiongkok telah tumbuh menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, Tiongkok juga meluncurkan serangkaian inisiatif global seperti Bank Investasi Infrastruktur Asia dan kebijakan Sabuk Sutera yang berdampak luas pada perekonomian dunia.
Wu menyebut Xi Jinping melakukan berbagai upaya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Negeri Tirai Bambu bekerja keras mencari upaya pertumbuhan yang berkelanjutan dan stabil untuk Tiongkok dan Amerika Serikat.
“Saat ini perlu menumbuhkan paradigma baru hubungan yang sehat antara negara-negara besar dunia yang akan memberikan kontribusi untuk mewujudkan perdamaian manusia,” kata dia.
Kekhawatiran AS tentang Tiongkok selama ini dinilai merupakan cermin mentalitas Perang Dingin dan kurangnya kepercayaan. “Amerika Serikat harus mengubah sikap mereka, mengenali dan beradaptasi dengan karakteristik baru Tiongkok,” kata Chen Jimin, Ketua Jurusan Hubungan Internasional di Sekolah Partai Komunis Tiongkok (CPC).
Nathaniel Ahrens, Direktur Urusan Tiongkok di University of Maryland, menganggap kunjungan Xi ke Amerika Serikat merupakan salah satu bagian sejarah yang penting dan positif.
“Ada peningkatan kerjasama antara kedua negara pada isu-isu iklim, jadi ini adalah faktor positif lain," kata Ahrens.
Vikram Nehru, Ketua Program Studi Carnegie Endowment for International Peace menyebut bahwa sesungguhnya Tiongkok memiliki dua kepentingan berbeda dengan dua kutub berbeda yakni dengan AS dalam kerja sama ekonomi dan dengan Iran untuk membahas perubahan iklim. (xinhuanet.com)
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...