Kurang Tidur Merugikan Ekonomi Dunia
CALIFORNIA, SATUHARAPAN.COM - Kurang tidur berdampak besar pada ekonomi nasional, menurunkan tingkat produktivitas dan meningkatkan risiko kematian di kalangan pekerja.
Para eksekutif bisnis dan kepala negara mengatakan, mereka memperoleh waktu yang sedikit untuk tidak tidur. Presiden Obama mengatakan kepada Vanity Fair pada 2012, bahwa dia tidak mematikan lampu di Gedung Putih sampai pagi. Presiden terpilih Donald Trump, yang menulis dalam bukunya " hink Like Miliarder " bahwa dia tidur hanya sekitar empat jam per malam, dan merekomendasikan untuk tidak tidur lebih dari yang diharuskan."
Pesan tersebut, tidak didukung oleh penelitian besar yang mendokumentasikan bahaya kesehatan kurang tidur. Penelitian terbaru dari RAND Corporation dengan mengukur kerugian ekonomi akibat kurangnya waktu tidur, yakni dengan menghitung biaya, akibat kurang tidur di seluruh dunia.
Akibat kurang tidur menghabiskan biaya lebih dari setengah triliun dolar per tahun di Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman dan Jepang. Kurangnya tidur di negara-negara ini dan di seluruh dunia mempengaruhi pekerjaan, bisnis dan, bagi perekonomian dunia.
Berdasarkan data dari kebiasaan durasi tidur dari lima negara, penelitian ini dapat mengukur dampak ekonomi yang diperkirakan karena kurang tidur. Dari lima negara, Jepang memiliki kerugian Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto, terbesar akibat kurang tidur (2,92 persen), diikuti oleh Amerika Serikat (2,28 persen) dan Inggris (1,86 persen). Kanada dan Jerman memiliki kerugian GDP terkecil sebagai akibat dari kurang tidur (1,35 dan 1,56 persen, masing-masing).
Menurut penelitian tersebut, kurang tidur telah membuat ekonomi AS kehilangan sampai US$411 miliar (Rp 5.530 triliun).Penelitian yang berjudul “Mengapa Tidur Penting," juga membahas kurang tidur yang meningkatkan risiko kematian 13 persen dan mengakibatkan hilangnya 1,2 juta hari kerja setiap tahun.
Memastikan tidur setidaknya enam atau tujuh jam setiap malam dapat menambah US$ 226,4 miliar (Rp 3.041 triliun) dalam perekonomian.
"Studi kami menunjukkan bahwa pengaruh kurang tidur sangat besar," kata Marco Hafner, pemimpin penelitian RAND Eropa dan penulis utama laporan tersebut, seperti yang dilansir dari rand.org.
"Kurang tidur tidak hanya mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan perorangan, tetapi berdampak besar pada ekonomi nasional, menurunkan tingkat produktivitas dan meningkatkan risiko kematian di kalangan pekerja."
Penelitian ini juga mengamati bagaimana tidur atau kurang tidur berpengaruh pada perekonomian Inggris, Kanada, Jerman dan Jepang.
Amerika mengalami kerugian terbesar, disusul oleh Jepang, yang mengalami kerugian sekitar $138 miliar (Rp 1.857 triliun), dan kehilangan 600.000 hari kerja.
Kanada adalah negara yang paling sedikit terkena dampak kurang tidur, hanya kehilangan $21,4 miliar (Rp 282 triliun) dan 80.000 hari kerja.
Para peneliti menyarankan agar mengatur waktu tidur, menghindari penggunaan barang-barang elektronik sebelum tidur, dan melakukan gerak badan setiap hari.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...