Kwalot alias Si Buah Makasar, Berkhasiat Atasi Gangguan Perut
SATUHARAPAN.COM – Sebagian orang menyebut tumbuhan ini kwalot, sebagian lagi menyebutnya buah makasar. Di dunia pengobatan herbal, buah makasar bukan bahan yang asing. Useful Tropical Plants dalam situs resminya, tropical.theferns.info, menyebutkan buah, akar, dan beberapa bagian tumbuhan ini, bisa ditemukan di pasar-pasar di penjual bahan obat tradisional di Asia.
Di Kalimantan, biji buah makasar dimakan untuk meringankan masalah pencernaan pada perut. Sebagian masyarakat di kampung di wilayah Gunung Dieng, Wonosobo, memanfaatkan lumatan buah makasar untuk diminum, seperti meminum kopi. Suatu referensi menyebutkan di beberapa daerah di Indonesia, buah makasar dimanfaatkan untuk menghentikan pendarahan pada usus.
Buah Brucea javanica, nama ilmiah kwalot, mengutip dari Useful Tropical Plants, pertama kali ditulis sebagai obat dalam monografi medis China, Omissions, dari Grand Materia Medica, yang ditulis pada 1765. Disebutkan, kwalot mengandung senyawa quassinoid yang disebut bruceolides yang antiamuba, antiparasit, dan antikanker.
Useful Tropical Plants juga menyebutkan secara tradisional tumbuhan ini, terutama biji dan bagian akarnya, digunakan untuk mengobati disentri, diare, dan malaria, meskipun tidak ada uji klinis yang telah diterbitkan yang menegaskan keampuhan untuk kondisi itu, tetapi aktivitas antimalaria menjadi kesimpulan dari beberapa penelitian.
Dalam sebuah uji coba terkontrol di China, suatu bentuk emulsi kandungan minyak diinjeksikan untuk mengobati pasien kanker paru, yang dikombinasikan dengan kemoterapi. Hasilnya menjanjikan, namun diperlukan lebih banyak uji kualitas tinggi untuk mengonfirmasi penggunaan itu.
Selain penggunaannya dalam mengobati disentri, malaria dan lain-lain, tumbuhan ini juga digunakan dalam pengobatan sakit perut, batuk, wasir, kutil, borok. Daunnya dimanfaatkan secara eksternal sebagai tapal terhadap pembesaran limpa, kudis, kurap, bisul, dan gigitan kelabang.
Kulit dan akarnya digunakan untuk mengobati sakit gigi.
Akarnya yang pahit juga digunakan untuk melawan serangan serangga. Bijinya yang mengandung minyak pahit, digunakan sebagai insektisida.
Pemerian Botani Buah Makasar
Buah makasar memiliki nama ilmiah Brucea javanica (L) Merr. Mengutip Wikipedia, ada beberapa nama sinonim yang dikenal dari tumbuhan ini, yakni Brucea amarissima Desv., Brucea gracilis DC., Brucea sumatrana Roxb., Gonus amarissima Lour., Lussa amarissima O. Ktze., dan Rhus javanica L.
Tumbuhan buah makasar tumbuh liar di hutan. Tumbuhan ini pahit, dan beracun. Dalam tradisi pengobatan herbal, tercatat semua bagian tumbuhan ini digunakan untuk obat, terutama untuk mencegah disentri, diare, dan malaria.
Di Indonesia, mengutip dari Wikipedia, buah makasar dikenal dengan sebutan malur (Batak), berul (Lampung), walot (Sunda), kwalot, bom makasar (Jawa), tambara marica (Makassar), dan nagas (Ambon). Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini disebut java brucea atau kosam.
Tumbuhan buah makasar adalah perdu tegak menahun, rata-rata tinggi 1 m-2,5 m, dan berambut halus berwarna kuning. Tumbuhan ini bisa juga disebut pohon kecil mengingat tingginya dapat mencapai 10 m.
Daunnya tunggal, dengan pertulangan daun menyirip, jumlah anak daunnya 5-13, letaknya berhadapan, dan tersusun spiral. Helaian daunnya berbentuk bulat telur lonjong hingga lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya berbentuk baji, tepinya bergerigi kasar, permukaan atas berwarna hijau, sedangkan permukaan bawahnya berwarna hijau muda. Panjangnya 5-10 cm, dan lebarnya 2–4 cm.
Perbungaannya muncul dari ketiak daun, berbulu, menggarpu kecil. Tumbuhan ini berkelamin dua, dan terletak dalam malai yang padat, dengan warna ungu. Buahnya termasuk buah batu berbentuk bulat telur, dengan panjang 8 mm. Jika sudah masak, berwarna hitam, dan bijinya bulat, dan berwarna putih.
Ning Wikan Utami, peneliti LIPI, melalui studinya “Fekunditas Brucea javanica (L) Merr., di Kawasan Ilmiah Cimanggu” (dalam Majalah Obat Tradisional, 2011), menyebutkan, diketahui dalam sebatang cabang buah makasar rata-rata menghasilkan 322,9 buah, dan dalam sebatang pohon, buah makasar menghasilkan 2.292 buah. Buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hijau-cokelat. Fase pembungaan, pembentukan, dan pemasakan buah selama berturut-turut adalah 28, 47, dan 49 hari.
AP Dharma, dalam bukunya, Indonesian Medicinal Plants (1987), menyebutkan tumbuhan ini disebut amber merica, walaupun tumbuhan ini menghasilkan buah yang disebut biji makasar.
Tumbuhan ini tumbuh tersebar dari Sri Lanka, India, Indo China, Tiongkok selatan, Taiwan, Thailand, Malesia, hingga ke Australia utara, Papua Nugini. Wikipedia menyebutkan tumbuhan ini tumbuh di tanah terbuka, hutan sekunder, dan bahkan kadang tumbuh di padang pasir.
Di Australia, tumbuhan ini banyak tumbuh di bawah pohon-pohon tinggi, di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter. Persebaran yang terpecah-pecah di Malesia timur menandakan pohon ini telah diintroduksikan oleh orang beberapa tahun lalu. Dari sana, kemudian diintroduksikan lagi ke Mikronesia dan Fiji.
Dahulu, di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan banyak ditemui buah makasar. Namun, kini jarang ditemui, demikian pula di Maluku dan Papua. Di Jabodetabek, buah makasar hanya ditemui di kebun-kebun milik industri pembuatan jamu.
Di Indonesia, tumbuhan ini tumbuh sebagai semak belukar atau tanaman pagar. Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji.
Selain tumbuh di tempat terbuka seperti hutan sekunder ringan dan semak, pinggir hutan dan bahkan di tempat panas di tanah berpasir dan tanah kapur, tumbuhan buah makasar juga tumbuh di tempat yang beriklim basah maupun kering, muson dan lembab, hingga 1-500 mdpl.
Khasiat Kandungan dan Pemanfaatan Turun-temurun
Secara empiris, mengutip dari Wikipedia, buah makasar dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Akarnya digunakan untuk pengobatan malaria, keracunan makanan, dan demam. Daunnya digunakan untuk mengatasi sakit pinggang.
Buku AP Dharma menyebutkan buah makasar mengandung brusamarin, kosamin, yatanin, brusealin, glukosa, dan yatanosida A dan B.
Setiawan Dalimartha dalam bukunya, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (2000) menyebutkan tumbuhan ini juga mengandung fenol (seperti brusenol, dan asam bruseoleat). Bijinya mengandung brusatol, dan brusein A,B,C,D,E,G, dan H. Daging buahnya mengandung minyak lemak, asam oleat, asam linoleat, asam stearat, dan asam palmitoleat. Buah dan daunnya mengandung tanin.
Diketahui, kosamin dalam dosis lemah bersifat emetokatartik dan kolagoga. Kosamin bersifat membunuh nematoda dan taenia pada anjing. Juga bersifat antibiotik, dan mencegah penggumpalan darah. Namun, dalam dosis besar, dapat menyebabkan kematian.
Yatanin diketahui bersifat protozoasidal (pembunuh protozoa) tanpa efek samping. Yatanosida yang diisolasi pada tahun 1945, menurut AP Dharma dalam bukunya, menyebabkan reaksi keracunan akut dan bahkan menyebabkan kematian pada hewan ujicoba. Pemberian secara oral dan sedang banyaknya, juga menyebabkan kematian.
Keberadaan tumbuhan ini dan potensinya ternyata dilirik Badan PBB untuk Kesehatan (WHO), terekam dalam “WHO Monographs on Selected Medicinal Plants” (1999).
University of North Carolina (AS) menemukan zat yang bersifat anti-leukimia dari biji buah makasar, seperti bruseosida dan brusein. Universitas London mengisolasi zat sitostatik (bruceolid, seperti bruseolid-A) dari akar, buah, dan pepagan buah makasar yang didapati dari Fiji.
Pada tahun 2012, Nie YL; Liu KX; Mao XY; Li YL; Li J; Zhang MM, merilis penelitian mereka, “Effect of injection of brucea javanica oil emulsion plus chemoradiotherapy for lung cancer: a review of clinical evidence”, dalam jurnal Evidence-Based Medicine. 5 (4): 216–225.
Tim peneliti lain, Chen Meiwan; Chen Ruie; Wang Shengpeng; Tan Wen; dan kawan-kawan, pada tahun 2013 merilis penelitian “Chemical components, pharmacological properties, and nanoparticulate delivery systems of Brucea javanica”, dalam jurnal internasional Nanomedicine. 8: 85–92.
Mengutip dari ncbi.nlm,nih.gov, dalam beberapa tahun terakhir, ketika para peneliti terus meningkatkan studi mereka tentang mekanisme antitumor, Brucea javanica secara bertahap membangkitkan minat para farmakologis untuk mengeksplorasinya. Namun, berbagai sifat Brucea javanica, termasuk kelarutan dalam air, stabilitas, dan bioavailabilitasnya tidak memadai untuk menjadi pengobatan kanker yang efektif.
Karena itu, cara mengatasi masalah ini dan meningkatkan sifat kuratif tanaman obat ini cenderung menjadi topik hangat di masa depan. Beberapa poin sangat penting dan harus diperhatikan. Pertama, ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang bahan aktif Brucea javanica dan mekanisme monomer yang diaktifkan. Kedua, perlu untuk memisahkan dan memurnikan bahan aktif dan monomer. Ketiga, perlu mempelajari distribusi dan metabolisme bahan aktif in vivo. Terakhir adalah kebutuhan untuk mengembangkan formulasi nanopartikulat baru untuk penggunaan klinis.
Dengan penyelidikan lebih lanjut, Brucea javanica, salah satu obat tradisional China yang paling aktif dengan aktivitas antitumor yang signifikan, dapat lebih banyak digunakan di klinik dan membantu kesehatan manusia.
Di Indonesia, mengutip dari situs journal.fk.unpad.ac.id, Subeki dan Muhartono merilis penelitian “Senyawa Brusein-A dari Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) sebagai Antiproliferasi terhadap Sel Kanker Payudara T47D”.
Berlatar belakang insidensi kanker payudara telah menempati urutan teratas pada wanita penderita kanker di negara berkembang termasuk Indonesia, mereka mengarahkan penelitian untuk menentukan aktivitas antiproliferasi senyawa brusein-A terhadap sel kanker payudara T47D secara in vitro.
Brusein-A diisolasi dari buah makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) dan struktur senyawa yang diperoleh dielusi dengan spektroskopi data. Aktivitas antikanker diamati sebagai antiproliferasi terhadap sel kanker payudara T47D. Antiproliferasi diuji dengan penambahan sulfo rodamin B pada media kultur sel.
Mengutip dari situs juke.kedokteran.unila.ac.id, Christopher PP Pandiangan merilis penelitiannya, “Aktivitas Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr) sebagai Antikanker”, dengan melihat kenyataan pada ekstrak buah makasar memiliki kandungan bermanfaat yang berpotensi antikanker.
Ekstrak buah makasar mengandung alkaloid brusamarin, yatanin, glikosida, brusealin, yatanosida A dan B, kosamin, fenol brucenol, dan asam bruseolat. Penelitian sebelumnya menyatakan buah makasar mempunyai kandungan fitokimia yang mempunyai aktivitas kemopreventif maupun antiproliferatif dengan mekanisme pemacuan diferensiasi sel dan apoptosis.
Dari mekanisme tersebut, dimungkinkan senyawa-senyawa tersebut berpotensi dikembangkan dalam terapi pendamping (kombinasi) obat antikanker konvensional untuk meningkatkan sensitivitas sel kanker, menghindari resistensi obat, serta menurunkan risiko toksisitas. (Jurnal Agromed Unila 2015; 2(2):113-117)
Dari jurnal UI, journal.ui.ac.id, dapat dibaca hasil studi “Antihypertensive Effect of Brucea javanica (L.) Merr. Fruit”, efek antihipertensi ekstrak buah makasar. Studi itu didasari secara etnofarmakologi, buah makasar dikenal sebagai salah satu tanaman obat yang berhasiat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Kustiati dalam jurnal.untad.ac.id, merilis studi “Aktivitas Repelensi Senyawa Bioaktif dari Buah Makasar (Brucea javanica L. (Merr) terhadap Nyamuk Aedes aegypti”. Dalam penelitian itu ia mengisolasi, menentukan struktur dan menguji aktivitas repelensi senyawa bioaktif dari buah makasar terhadap nyamuk Aedes aegypti.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...