Kyai Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah Merupakan Orang Yang Sangat Terbuka

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pendiri Muhammadiyah, Kyai Ahmad Dahlan, merupakan orang yang sangat terbuka.  Ustad Agus Tri Sundani menerangkan ini kepada satuharapan.com ketika diwawancara di kompleks kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jakarta pada hari Jum’at (22/2).

Kyai Ahmad Dahlan disebutnya “lebih mengutamakan kepentingan umat, bangsa, dan negara.” Tokoh bangsa didikannya “salah satunya Jenderal pertama di negeri ini, Jenderal Sudirman.”

Kyai Ahmad Dahlan juga banyak berhubungan dengan komunitas agama lain. Dia juga berhubungan kelompok politik walaupun tidak berafiliasi ke dalamnya.

“Kyai Dahlan pernah bergabung di Budi Utomo, yang mana Budi Utomo itu tidak semua Muslim.” Kebanyak anggota Budi Utomo adalah para priyayi didikan Barat. “Beliau juga pernah di Sarekat Islam.”

Dari pelbagai pergaulan itu maka Kyai Ahmad Dahlan bisa mendirikan Muhammadiyah sebagai umat yang tengahan, umat yang moderat.

“Beliau banyak membangun dialog dengan kelompok lain, termasuk kelompok keagamaan. Sering berdiskusi dengan para pendeta, dan lain sebagainya demi kepentingan bangsa dan negara sehingga terjalin kerukunan.“

Sikap Kyai Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah pada 1912 terus dilanjutkan hingga sekarang. “Banyak contoh yang dilakukan Kyai Dahlan. Di masanya, Kyai Dahlan sudah membuat terobosan seperti itu.”

“Kalau semboyan Kyai Dahlan yang dipesankan selalu ‘sedikit bicara, banyak bekerja’. Bekerja untuk kepentingan umat dengan ikhlas.”

Menurut dia, Kyai Ahmad Dahlan ketika mendirikan Muhammadiyah karena mempunyai tujuan yang sangat besar. “Yaitu menjunjung tinggi ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu yang bisa menghargai sesama, saling menghormati, karena Islam itu rahmatan lil alamin.” kata anggota Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA ini.

Editor : Sabar Subekti