Langgar Kemanusiaan Yu Patmi
PATI, SATUHARAPAN.COM - Sabtu (8/9) malam, Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) mengadakan pengajian umum dalam rangka peresmian Langgar Yu Patmi yang dihadiri KH Yahya Cholil Staquf (Katib Aam Nahdlatul Ulama), KH Imam Azis (ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama/PBNU), Alissa Qotrunnada Wahid (Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian) serta Soesilo Toer (penulis puisi Yu Patmi).
Bangunan Langgar Yu Patmi berdiri tepat bersebelahan dengan Monumen Yu Patmi yang berada di Desa Larangan, Tambakromo-Pati, Jawa Tengah, di atas tanah milik pribadi mendiang Patmi yang telah diwakafkan oleh keluarganya kepada JM-PPK.
Langgar Yu Patmi terdiri dari dua lantai. Lantai bawah akan digunakan untuk berbagai kegiatan konsolidasi dan budaya sedulur tani Kendeng dalam perjuangan penolakkan tambang batu kapur dan pabrik semen yang mengancam kelestarian Pegunungan Kendeng. Desa Larangan masuk dalam rencana pendirian pabrik semen oleh PT SMS (anak perusahaan PT Indocement). Sedangkan lantai atas langgar digunakan sebagai tempat beribadah.
Sejak lama mendiang Patmi bersama petani Kendeng yang tergabung dalam JM-PPK menyuarakan penolakan rencana penambangan dan pabrik semen di wilayah Pegunungan Kendeng Utara. Perjuangan dimulai saat warga Pati, khususnya Kec. Tambakromo dan Kec. Kayen pada tahun 2010 mendengar rencana akan berdiri pabrik semen di wilayah mereka oleh PT SMS.
Tahun 2009 mereka yang ada di Kecamatan Sukolilo berhasil membatalkan berdirinya pabrik semen oleh PT. Semen Gresik (sekarang PT. Semen Indonesia) melalui perjuangan panjang dan berat sejak 2006. Bersamaan dengan perjuangan petani Tambakromo dan Kayen, suara penolakan dilakukan petani di Desa Timbrangan dan Desa Tegaldowo, Gunem-Rembang atas terhadap rencana tambang-pabrik semen di aras Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih.
"Perjuangan ini bukan semata-mata untuk kepentingan pertanian kami, tetapi lebih dari itu Pegunungan Kendeng adalah sabuk Pulau Jawa. Jika pegunungan ini hancur, maka tidak hanya petani saja yang dirampas kehidupannya tetapi pohon- pohon, hewan-hewan semua makhluk hidup yang menghuni di pegunungan Kendeng akan mati dan pasti tak terelakkan yang datang hanya bencana. Nasib anak cucu di ujung tanduk," jelas koordinator JM-PPK Gunritno kepada satuharapan.com, Minggu (9/9).
Pegunungan Kendeng Utara terbentang memanjang mulai dari wilayah Provinsi Jawa Timur (Lamongan, Bojonegoro, Tuban) hingga wilayah Provinsi Jawa Tengah (Rembang, Grobogan, Blora, Pati).
Valuasi ekonomi jasa lingkungan sekitar cekungan air tanah (CAT) Watuputih yang dilakukan oleh JM-PPK menyebutkan bahwa potensi karst CAT Watuputih tidak semata-mata dari komposit-deposit tambangnya. Ada potensi lain yang jika dihitung secara ekonomi memiliki nilai yang sangat besar. Ini menjadi salah satu upaya mitigasi atas potensi bencana di masa datang.
Di hamparan pegunungan karst Kendeng Utara, terdapat Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih. Cekungan selama bertahun-tahun menghidupi para petani lintas kabupaten, yakni Rembang, Blora, Pati, hingga Grobogan. CAT Watuputih merupakan satu di antara 19 cekungan air tanah di Jawa Tengah yang menyimpan 109 mata air. Beberapa mata air terletak di lokasi penambangan pabrik semen, dan sebagian lainnya dimanfaatkan warga untuk lahan pertanian.
Patmi meninggal dunia pada 21 Maret 2017 saat mengikuti demo "Petani Dibelenggu Semen" menolak pabrik-tambang semen. Aksi dilakukan di depan Istana Presiden Jakarta.
Terhadap penolakan rencana tambang-pabrik semen di Pegunungan Kendeng, berbagai upaya telah dilakukan oleh JM-PPK mulai dari gugatan hukum melalui PTUN dan juga berbagai upaya dengar pendapat/audiensi yang dilakukan JM-PPK di berbagai instansi pemerintahan, mulai DPRD Kabupaten, DPRD Propinsi, Bupati Rembang dan Pati, Gubernur Jateng, Kementerian terkait antara lain KLHK, ESDM, serta DPR. Bahkan perwakilan JM-PPK juga sudah diundang dalam pertemuan antara pemerintah, yang diwakili Kementerian ESDM, bersama dengan pengurus asosiasi semen seluruh Indonesia. Berbagai aksi protes bermartabat juga telah dilakukan untuk menunjukkan perhatian dan keseriusan JM-PPK terhadap potensi bahaya kerusakan lingkungan.
Berbagai aksi mulai dari longmarch ratusan kilometer dalam aksi "Kendeng Menjemput Keadilan", "9 Kartini Kendeng memasung kakinya dengan "cor semen" di depan Istana Merdeka, hingga mendirikan tenda perjuangan di depan Istana Merdeka. Semua aksi itu dilakukan untuk menegaskan bahwa tanah (pertanian) dan sumber mata air yang telah memberikan berkah melimpah kepada seluruh makhluk hidup sudah seharusnya dilindungi dan bukan dieksploitasi tanpa memperhatikan keseimbangan dan daya dukung lingkungan, terlebih ketika di atasnya ada hak hidup warga yang harus dihormati.
Dalam peresmian Langgar Yu Patmi, Sabtu (8/9) malam, Soesilo Toer menyampaikan pesan bahwa sebagai manusia harus melestarikan lingkungan, jangan sampai lingkungan hancur.
"Kalau Pegunungan Kendeng dikepras pasti akan terjadi bencana baik dari laut maupun dari darat itu semua akan mengakibatkan jutaan orang menderita dari Grobogan sampai Lamongan. Kelestarian Kendeng adalah hasil dari kerja manusianya," kata jelas Soesilo Toer.
Sementara itu ketua PBNU Imam Aziz menjelaskan bahwa masyarakat Kendeng sudah sejahtera tanpa adanya kegiatan penambangan. Dengan demikian pemerintah daerah maupun pusat harus menghentikan izin-izin pertambangan dan membuat kebijakan yang pro lingkungan supaya Pegunungan Kendeng tetap lestari.
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Allisa Qotrunnada Wahid memberikan kritik bahwa nasib kelestarian Kendeng yang tahu adalah warga Kendeng sendiri yang merasakan dampak sosial-lingkungan secara langsung. Pemerintah dan korporasi hanya melihat dalam kacamata untung-rugi secara ekonomi saja.
"Kita harus menyuarakan tentang keadaan Kendeng yang sebenarnya. Itulah yang diperjuangkan Yu Patmi. Perjuangan Yu Patmi mengingatkan saya dengan alm Gus Dur. Dalam hidup dan dalam perjuangan semuanya tidak mudah. Karena kita bukan tokoh dalam dongeng, kita bukan tokoh mitos yang tidak takut. Kita tahu mengenal takut dan kita tahu rasanya takut. Walaupun ketakutan kita berusaha melompati pagar batas ketakutan, itulah martabat kita, harga diri kita ditetapkan," kata Allisa Qotrunnada Wahid.
Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf dalam sambutannya menjelaskan perjuangan Yu Patmi dalam menjaga bumi agar tetap lestari tidak untuk memikirkan dirinya sendiri, tapi untuk kepentingan orang banyak. Walaupun sebagai rakyat kecil berani mengingatkan banyak orang yang lupa dan tidak mau menahu dalam menjaga bumi.
"Menjaga bumi adalah tanggung jawab kita bersama. Karena bumi sudah memberikan nikmatnya untuk kehidupan kita," jelas Yahya Cholil Staquf.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...